Reporter Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi melaporkan
TRIBUNNEWS.
Menurut situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, informasi tersebut setara dengan satu dari sebelas orang di dunia yang mengalami kelaparan.
Dan satu dari lima orang tersebut berada di Afrika.
Minggu (28/7/2024), “Laporan mengungkapkan penurunan global selama 15 tahun, dengan malnutrisi sebanding dengan malnutrisi pada tahun 2008-2009”.
Jumlah penduduk yang mengalami kerawanan pangan dan gizi buruk terus mengkhawatirkan.
Pasalnya, kelaparan dunia sudah mencapai batasnya selama tiga tahun berturut-turut.
Tren regional sangat berbeda: persentase orang yang kelaparan terus meningkat di Afrika (20,4%).
Keadaan terus membaik di Asia (8,1 persen), meskipun masih terdapat tantangan yang serius.
Daerah Marena adalah rumah bagi lebih dari separuh orang yang kelaparan di dunia.
Sementara di Amerika Latin angkanya sebesar (6,2 persen).
Dari tahun 2022 hingga 2023, kelaparan akan meningkat di Asia Barat, Karibia, dan sebagian besar Afrika.
Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, diperkirakan 582 juta orang akan mengalami kekurangan gizi kronis pada tahun 2030 dan setengah dari mereka akan berada di Afrika. Hasil yang paling penting adalah lebih dari sekedar rasa lapar
Laporan tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap pangan yang cukup masih menjadi tantangan bagi miliaran orang.
Pada tahun 2023, diperkirakan 2,33 miliar orang di seluruh dunia akan mengalami kerawanan pangan akut atau parah.
Angka-angka ini tidak banyak berubah sejak mencapai puncaknya pada tahun 2020, di tengah pandemi COVID-19.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 864 juta orang mengalami kerawanan pangan, terkadang tidak memiliki makanan selama satu hari atau lebih.
Angka-angka ini tetap tinggi sejak tahun 2020 dan bahkan Amerika Latin menunjukkan peningkatan.
Masih terdapat tantangan besar, terutama di Afrika, dimana 58 persen penduduknya mengalami kerawanan pangan yang parah atau parah.
Kurangnya akses terhadap makanan bergizi juga masih menjadi masalah besar yang mempengaruhi sepertiga populasi dunia.
Dengan data baru mengenai harga pangan dan pola konsumsi, buku ini menunjukkan bahwa lebih dari 2,8 miliar orang tidak akan memiliki akses terhadap pangan yang cukup pada tahun 2022.
Kesenjangan ini terutama terjadi di negara-negara berpendapatan rendah.
71,5 persen penduduk tidak mempunyai akses terhadap makanan bergizi, dibandingkan dengan 6,3 persen di negara-negara berpendapatan tinggi.
Jelas bahwa angkanya telah turun di bawah tingkat epidemi di Asia, Amerika Utara dan Eropa, sementara angka tersebut meningkat tajam di Afrika.
Kerawanan pangan dan malnutrisi terus meningkat.
Karena banyak faktor, termasuk inflasi harga pangan yang terus mempengaruhi kepentingan perekonomian banyak orang di banyak negara.
Penyebab-penyebab utama seperti konflik, perubahan iklim dan kemerosotan ekonomi menjadi semakin sering dan parah.
Pertanyaan-pertanyaan ini, beserta alasan praktisnya.
Seperti pola makan yang tidak sehat, lingkungan yang tidak sehat, dan kesenjangan yang terus berlanjut. AIR MANCUR