Sejarah Kebo Bule pada Kirab Pusaka 1 Suro di Solo dan Maknanya

TRIBUNNEWS.COM – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan menggelar 1 Suro Heritage Carnival di Kliwon Minggu (Senin Malam Legi), 7 Juli 2024 pukul 23.59 WIB – Berakhir Solo, Jawa Tengah.

Acara tersebut diadakan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam yang jatuh pada tanggal 1 Muharram.

Seringkali saat festival berlangsung, Keraton Surakarta juga akan menampilkan Kerbau Bule atau yang biasa dikenal dengan Kebo Bule.

Disebut kebo bule karena warna kulit hewan ini putih dan agak merah.

Mirip dengan warna kulit orang bule (orang asing).

Berbeda dengan warna kulit kabel pada umumnya, kebanyakan berwarna abu-abu tua.

Kebo Bule dipercaya membawa keberuntungan dan keselamatan dari Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, warga selalu menantikan kemunculannya.

Dikutip dari situs Pemkot Surakarta, kebo bule yang digunakan harus berasal dari keturunan kebo bule milik Kyai Slamet.

Diketahui, Kyai Slamet berkulit putih bukan sembarang binatang.

Pasalnya, ia merupakan hewan kesayangan Paku Buwono II, karena ia masih berkuasa di Keraton Kartasura.

Sekadar informasi, Sri Susuhunan Pakubuwana II merupakan Susuhunan Mataram kesembilan yang memerintah pada tahun 1726-1742 dan menjadi Susuhunan Surakarta yang memerintah pada tahun 1745-1749.

Dahulu Kebo Bule merupakan pemberian Bupati Ponorogo Kyai Hasan Besari Tegalsari sebagai pemberian kepada pemerintah yang saat itu mengetahui bahwa Pakubuwono II telah berhasil merebut Keraton Kartasura dari tangan pemberontak untuk direstorasi. Pecinan.

Nama Kyai Slamet sendiri sebenarnya adalah nama salah satu pusaka Keraton Kasunanan berbentuk tombak yang sering digantung di tembok Baluwarti setiap hari Selasa dan Jumat di Kliwon ke Pakubuwono X dimana Kebo Bule a selalu ia ikuti di belakang.

Sri Susuhunan Pakubuwana

Karena Kebo Bule selalu menemani ketika ritual ini dilakukan, maka kebo ini dikenal dengan sebutan Kebo Bule Kyai Slamet karena berjalan bergandengan tangan di belakang tombak Kyai Slamet.

Kerbau ini diberikan sebagai penjaga tombak Kyai Slamet.

Kebo bule juga mempunyai makna tersendiri, yaitu lambang rakyat kecil khususnya petani, dan lambang pengusir kejahatan karena kerbau diyakini mempunyai kemampuan untuk mengusir roh jahat dan/atau mengusir rencana buruk. menyentuh .

Selain itu, walaupun kerbau itu seperti binatang yang bodoh, namun hal ini justru dijadikan sebagai pengingat, sebagai orang yang rasional hendaknya menjadi orang yang cerdas dan tidak bersikap bodoh dan berpikir seperti kerbau.

Kebo Kyai Slamet pun berkembang biak dan menghasilkan banyak anak.

Saat ini keberadaan kabel bule tersebut dijaga dan dipelihara dengan baik di kandang yang ditempatkan di Alun-alun Kidul.

Hingga saat ini, ketika keraton mengadakan kirab pada malam 1 Sura, kebo-kebo asing tersebut masih dijadikan cucuk-lampah.

Ritual tersebut dilakukan pada tengah malam dan tepat pukul 00.00 WIB kabel Kyai Slamet akan dilepas dari sangkarnya.

Namun, pihaknya juga melihat status kabel Kyai Slamet tersebut.

Karena terkadang kabel baru keluar dari lubangnya setelah pukul 01.00 WIB.

Dalam hal ini sangat bergantung pada kabel Kyai Slamet.

Sebab kirab pusaka tidak dapat terlaksana jika kabel tidak keluar dari sangkarnya.

(Tribunnews.com, Widya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *