Asisten Ungkap Hakim Agung Gazalba Saleh Awalnya ‘Lurus’, Lama-lama Mulai Agak ‘Aneh’

Laporan reporter Tribunnews.com Ashri Fadila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan Ghazalba Saleh sebagai saksi dalam persidangan Kamis (18/7/2024) di Mahkamah Agung Prasetyo Nugroho, pembantu Ketua Hakim nonaktif Jakarta. Pengadilan.

Prasetjo dihadirkan sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi penanganan perkara Mahkamah Agung yang menjebloskan Ghazalba Saleh ke markas Lapas.

Dalam persidangan itu, Jaksa KPK mempertanyakan Prasetjo soal sifat Gazalba yang awalnya ‘langsung’.

Namun seiring berjalannya waktu, ia dianggap tidak lurus lagi.

“Seingat saya, Anda mengatakan tentang Pak Ghazalba, awalnya tulus, kemudian menjadi aneh. Bagaimana apanya? tanya jaksa KPK.

“Ya, itu hanya pendapat pribadi saya, Pak,” kata Prasetjo.

Jaksa menjelaskan lebih rinci soal penilaian Prasetjo terhadap Gazalba.

Namun Prasetjo belum mau berkomentar banyak. Ia hanya menegaskan, itu hanya pendapatnya saja.

“Dari mana kamu mendapat pendapat seperti itu?” Apa dasar Anda menyimpulkan atau meyakinkan bahwa Pak Ghazalba, terdakwa ini, mula-mula jujur ​​lalu mulai berbuat salah? tanya jaksa KPK.

“Ya, saya pikir begitu. Saya ngobrol dengan teman saya,” kata Prasetjo.

“Apa yang pasti ada dasarnya?” – kata jaksa lagi.

“Tidak, lihat saja.”

Sekadar informasi, dalam kasus ini Ghazalba Saleh didakwa bersama pengacara Ahmad Riyad menerima uang sebesar S$18.000 dari terdakwa Jawahirul Fuad.

Selain itu, ia didakwa menerima SGD 1.128.000, USD 181.100, dan Rp 9.429.600.000.

Total nilai tip dan TPPU Ghazalba Saleh adalah 25.914.133.305 Ares (lima ribu miliar lebih).

Penerimaan uang itu terkait dengan pengurusan perkara di Mahkamah Agung.

“Terdakwa Ketua Hakim Republik Indonesia, sejak tahun 2020 hingga 2022, menerima gratifikasi sebesar S$18.000 seperti dalam dakwaan pertama dan dana lainnya sebesar S$1.128.000, US$181.100, dan US$9.420.000,” bunyi pernyataan tersebut . KPK dalam gugatannya.

Akibat perbuatannya, ia dijerat dengan laporan pertama: Pasal 12 B juncto Pasal 18 UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) kesatu KUHP.

Sanksi tambahan: Pasal 3 UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana dengan Pasal 55 ayat satu KUHP dengan Pasal 65 ayat satu KUHP.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *