TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) telah memberikan syarat wajib kepada Arab Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel guna memperoleh perjanjian keamanan dengan Amerika Serikat.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak akan menandatangani perjanjian pertahanan dengan Arab Saudi sampai mencapai kesepakatan formal dengan Riyadh dan Tel Aviv Israel.
“Satu bagian tidak bisa dibedakan dengan bagian lainnya,” ujarnya saat diwawancara Financial Times, Sabtu (4/5/2024).
Dia membantah laporan baru-baru ini bahwa pemerintahan Joe Biden dan Arab Saudi berencana untuk mempertimbangkan perjanjian bilateral jika Arab Saudi menolak mematuhi persyaratan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.
Perwakilan AS mengatakan perjanjian pertahanan AS-Arab Saudi akan terpenuhi jika Arab Saudi memperoleh kemerdekaan.
“Visi bersama kami telah ditunjukkan melalui saling pengertian antara Amerika Serikat dan Kerajaan Arab Saudi, melalui perjanjian hukum antara Israel dan Kerajaan Arab Saudi, dan melalui ‘langkah nyata untuk kepentingan rakyat Palestina’. ” dia berkata. dikatakan. dikatakan.
“Semua ini harus dilakukan secara bersama-sama. “Satu bagian tidak bisa dipisahkan dengan bagian lainnya,” lanjutnya.
Dia membenarkan bahwa Presiden Joe Biden bermaksud secara terbuka mencari jalan menuju kawasan yang lebih aman.
“Saya harap Anda akan mendengar lebih banyak dalam beberapa bulan mendatang dari presiden dan orang-orang seperti saya tentang jalan yang kami yakini dapat mengarah pada Israel yang lebih aman dan kawasan yang lebih damai,” katanya.
Jake Sullivan menekankan bahwa Amerika Serikat berupaya untuk mempertahankan dialog semacam itu dan mengundang banyak negara di kawasan untuk menjalin hubungan normal dengan Israel.
Namun syaratnya bagi Israel adalah menjamin kemerdekaan Palestina.
“Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah mengambil kristal yang kami anggap bermakna, dan mencoba meyakinkan banyak negara di kawasan untuk bergabung, lalu mencoba mempresentasikannya,” ujarnya, dikutip Al Arabi.
“Tetapi semuanya tergantung pada kepemimpinan Israel dan rakyat Israel pada akhirnya akan memutuskan apakah ini jalan yang mereka inginkan atau tidak,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya bahwa Amerika Serikat telah mengambil langkah signifikan untuk mendorong fasilitasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel, sebuah upaya yang telah dilakukan selama berbulan-bulan. Jumlah korban
Israel terus melanjutkan kekerasannya di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina bertambah menjadi 34.654 orang dan 77.908 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (4/5/2024), dan 1.147 warga Israel tewas. provinsi tersebut, seperti dilansir Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Gerakan Al-Aqsa untuk memprotes pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan sekitar 136 sandera masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan Guardian pada bulan Desember 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel