Dilansir jurnalis Tribunnews.com Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Polda Metro Jaya mendapat laporan dari juru kamera Kompas TV Bodhiy Vimal tentang dugaan pemukulan yang dilakukan massa pendukung mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Diketahui, pengeroyokan tersebut diduga terjadi setelah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta Pusat membacakan putusan SYL dalam kasus korupsi tersebut.
“Benar pada Kamis, 11 Juli kami menerima laporan mengenai dugaan pidana kekerasan komunal di tempat umum terhadap orang atau harta benda. Peristiwa itu merupakan kasus pengeroyokan,” kata Humas Polda Metro Jaya. Kombes Ade Ary Syam Indradi bersama wartawan, Jumat (7 Desember 2024).
Ade Ary mengatakan, pihaknya masih mempelajari dan mendalami laporan tersebut untuk penyidikan lebih lanjut.
Dia menjelaskan: “Reporter BVC, reporter dalam laporan ini, sedang diselidiki. Jadi laporan ini sedang diproses, Ditreskrimum sedang melakukan penyelidikan.”
Sekadar informasi, kericuhan pun terjadi usai persidangan terdakwa mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Diketahui, SYL divonis 10 tahun penjara, denda Rp300 juta, dan harus membayar uang pengganti Rp14,1 miliar dan 30 ribu dollar AS.
Beberapa anggota organisasi masyarakat (ormas) bernama Forum Masyarakat Sulawesi (Formasi) untuk SYL mencoba mendorong polisi dan jurnalis saat hendak meninggalkan ruang sidang.
Terjadi perkelahian bahkan konfrontasi yang mengakibatkan peralatan pers rusak. Tak hanya itu, pagar ruang sidang pun jebol.
Karena itu, juru kamera Kompas TV Bodhiya Vimala resmi melaporkan Polda Metro Jay ke polisi.
Permohonan telah diterima dan didaftarkan dengan nomor LP/B/3926/VII/2024/SPKT Polda Metro Jaya mulai tanggal 11 Juli 2024.
Penganiayaan dilaporkan terjadi di pengadilan pidana korup di Jakarta Pusat, diduga dilakukan oleh massa pro-SYL.
Massa memukul dan mengusir SYL, kata Bodhiya kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis. Justru ormas yang mendukung SYL.”
Bodhiya mengatakan, awalnya pendukung SYL dalam jumlah besar datang sejak pagi hari. Saat itu, ada grup media yang hendak mengambil foto SYL keluar ruang sidang saat ormas menutup ruang sidang.
“Saat itu ruang sidang penuh dan pintu ditutup secara tertib. Kami sebetulnya sepakat dengan pengurus serikat pekerja karena anak-anak TV lainnya (jurnalis) juga meminta agar lorong dibuka agar ketika SYL keluar, kami berdua bisa berfoto,” ujarnya.
“Tetapi ketika SYL muncul, mereka langsung bergegas keluar, saling dorong dan akhirnya membuat kekacauan. Banyak korban dan teman TV lainnya yang juga terkena dampak pemberitaan tersebut,” jelasnya.
Ia mengaku terjatuh saat melindungi alat kerja dalam suasana kacau.
“Saat saya dipukuli, hal pertama yang saya lakukan adalah berteriak. Aku berteriak sangat keras. Setelah itu massa datang mencari saya, mencoba memukul dan menendang saya,” jelasnya.
Berdasarkan pantauannya, pelaku pengeroyokan diduga berjumlah 3 orang. Namun, dia sangat beruntung karena tidak mengalami cedera serius.
“Tidak, karena kalau dipukul atau ditendang, saya mengelak dan hanya dipukul ringan saja, tidak sakit,” ujarnya.