TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Osmanto (35) memegang tongkat ranjau di tangan kanannya dan telepon genggam di tangan kirinya.
Dengan mengarahkan kamera ponsel ke hadapannya, Osmanto mengajak para pengikutnya berinteraksi di aplikasi media sosial Tiktok.
Osmano telah melakukan pekerjaan sosial sebagai sukarelawan pembersihan ranjau selama tiga tahun
Setiap pagi dan sore, Osmano menutup aplikasi ojeknya dan mulai membersihkan jalan dengan tongkat magnet.
Di pinggir jalan, mata Usman melayang melihat pecahan tenda yang sengaja ditebar oleh orang tak bertanggung jawab.
Tekad Osmano membersihkan ranjau paku bermula saat ia menjadi korban ban kempes di jalan.
Saat dihubungi, Jumat (5/7/2024), Usmanu mengatakan: “Saya pernah menjadi korban ranjau paku, dua ban bocor saat membawa penumpang di Bandara Sinan dan kawasan Penkoran.”
Ia juga menyaksikan seorang ibu hamil menghentikan sepeda motornya karena ban kempes.
“Seorang ibu hamil yang sedang duduk bersama suaminya di Stasiun Kawang pingsan,” ujarnya.
Osmano mengatakan niat baiknya dalam hal keselamatan bagi pengendara atau pengemudi sepeda motor terkadang tidak ditanggapi dengan itikad baik.
Ia mengaku ketakutan hingga mengalami kecelakaan saat membersihkan ranjau paku di jalan.
Usmanu berkata: “Di Simangi ada kantor polisi, tapi banyak ranjau darat. Kadang dilepaskan. Mereka menyuruh saya memasang paku.”
Ia berharap petugas yang kompeten dapat membantu membersihkan ladang ranjau.
Osmanto menambahkan, aksinya selama hidup di Tik-Tak adalah menambah peti mati selain memberikan informasi kepada pengendara.
Katanya, “Orang (pendengar) baik banget suka bayar harga yang diminta, kadang Rp 100 ribu, kadang Rp 200 ribu”, (*)