TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Palestina Hamas melunakkan retorikanya atas seruan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik sembilan bulan di Jalur Gaza.
Hamas telah mengirimkan ide baru kepada mediator di Mesir dan Qatar, kata sumber pada Kamis (7 April 2024), seperti dilansir The National.
Sumber mengatakan kepada The National bahwa proposal baru Hamas tidak menyerukan pesan kepada Israel untuk menghentikan penembakan pada akhir 45 hari pertama dari rencana tersebut.
Dan sumber-sumber mengatakan Hamas akan menerima jaminan internasional bahwa perundingan gencatan senjata (“perdamaian permanen”) akan dimulai pada awal Fase 1 dan selesai sebelum akhir fase tersebut.
Hamas juga telah menyatakan kesediaannya untuk menerima penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Hamas telah mengajukan permintaan penarikan pasukan secara menyeluruh pada akhir fase pertama, kata sumber tersebut.
Sumber mengatakan Hamas ingin memastikan bahwa semua orang yang ada dalam daftar tahanan Palestina di Israel yang mencari pertukaran tahanan bebas untuk kembali dan tidak dicegah untuk kembali ke rumah.
Namun sumber mengatakan Hamas bersedia mengumumkan ketiga bagian rencana tersebut kepada publik. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengadakan konferensi pers saat berkunjung ke Dar al-Fatwa, pemimpin agama Sunni terkemuka Lebanon, di Beirut, 22 Juni 2022. (ANWAR AMRO/AFP)
Pembebasan para tahanan bergantung pada kemajuan dalam perundingan gencatan senjata dan penarikan Israel dari Gaza, kata sumber tersebut.
Menurut Hamas, pemimpin politiknya Ismail Haniyeh telah dihubungi mengenai gagasan yang sedang didiskusikan kelompok tersebut dengan mediator (Mesir dan Qatar) dan bertujuan untuk mencapai kesepakatan.
Pertemuan juga diadakan dengan para pemimpin Hamas di Türkiye.
Hamas mengatakan pihaknya positif mengenai rincian perundingan yang sedang berlangsung namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pada Rabu (7 Maret 2024), Israel mendapat tanggapan dari Hamas atas perubahan proposal gencatan senjata yang pertama kali diumumkan Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia tidak akan setuju untuk mengakhiri gencatan senjata di Gaza.
Perdana Menteri Netanyahu mengatakan dia lebih memilih gencatan senjata sementara daripada membebaskan tahanan.
Ia juga menolak gagasan penarikan total dari Gaza, dan menegaskan bahwa pertempuran di sana tidak akan berhenti sampai Hamas lenyap.
Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet keamanan pada Kamis malam untuk membahas sikap baru Hamas.
Netanyahu menelepon Joe Biden dan memberitahunya tentang keputusannya mengirim tim untuk melanjutkan negosiasi penyanderaan dengan Hamas.
Perdana Menteri Netanyahu juga menegaskan kembali prinsip-prinsip yang menjadi komitmen Israel, terutama komitmennya untuk mengakhiri perang setelah semua tujuan tercapai.
Mediator dari Amerika Serikat dan sekutu Arabnya, Mesir dan Qatar, telah berusaha selama berbulan-bulan untuk menghentikan gencatan senjata di Gaza.
Tapi itu belum berhasil. Penangkapan dan pembebasan pertama terjadi saat gencatan senjata Israel-Hamas pada November 2023. (Berita CBS)
Satu-satunya gencatan senjata perang yang dilakukan oleh para mediator ini berlangsung selama seminggu dan berakhir pada tanggal 1 Desember.
Dalam perjanjian gencatan senjata saat itu, Hamas setuju untuk melepaskan 100 tahanan sebagai ganti tahanan Palestina.
Sementara itu, di Israel, penolakan semakin meningkat karena Netanyahu menolak menyerukan gencatan senjata.
Ribuan warga Israel melakukan protes setiap minggu di Tel Aviv dan kota-kota Israel lainnya menuntut izin.
Sementara menurut Al Jazeera, 38.011 orang tewas dan 87.445 orang terluka dalam perang Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Korban tewas Israel akibat serangan Hamas diperkirakan mencapai 1.139 orang, dan banyak yang masih ditawan di Jalur Gaza.
Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya lima warga Palestina, termasuk tiga anak di desa Jabalia di Jalur Gaza utara dan seorang pria dan seorang wanita di kota Khan Younis di selatan Jalur Gaza.
Sementara itu, pasukan Israel mengatakan mereka terus maju ke distrik Shujayeh di Kota Gaza, menewaskan hampir 100 warga Palestina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelaby)