TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara tentara pendudukan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengkritik pemerintah Israel atas ambisinya menghancurkan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Menurut Daniel Hagari, Hamas tidak bisa dihilangkan karena sama saja melemparkan abu ke mata Israel.
“Bicara kehancuran Hamas, ini seperti membuang abu di mata rakyat Israel,” ujarnya dalam wawancara dengan Channel13 Israel, Rabu (19/06/2024).
“Hamas adalah sebuah ide. Anda tidak bisa menghilangkannya. Para pemimpin politik harus mencari alternatif lain, atau Hamas akan tetap ada,” katanya.
Hagari mengakui Israel tidak bisa membebaskan sandera yang disandera Hamas melalui operasi militer.
“Tidak mungkin membebaskan seluruh korban penculikan melalui operasi militer,” ujarnya merujuk pada pembebasan empat sandera di Nuseirat beberapa pekan lalu.
Israel membunuh 274 warga Palestina selama operasi militer di Nuseirat.
Daniel Hagari juga merujuk pada situasi di perbatasan utara Israel, wilayah pendudukan Palestina dengan Lebanon selatan, dimana Hizbullah Lebanon melancarkan serangan terhadap posisi militer Israel di perbatasan.
“Kami siap menghadapi situasi apa pun melawan Hizbullah, dan setiap kampanye militer melawan Lebanon akan berakhir dengan kesepakatan, dan kami bertekad untuk mengembalikan penduduk wilayah utara ke rumah mereka dengan selamat,” katanya.
Dia mengomentari keberhasilan drone Hoopoe Hizbullah yang terbang untuk mensurvei situs sensitif Israel di Haifa dan kembali dengan selamat ke Lebanon.
Hizbullah merilis video tersebut pada Selasa (18/6/2024) dan berhasil menangkap gambar Haifa secara detail dan jelas.
“Mencegat drone (Hoopoe Hizbullah) akan membahayakan warga Haifa,” kata Daniel Hagari mengutip alasan Israel tidak menembak jatuh drone pengintai Hizbullah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi ucapan Daniel Hagari.
“Kementerian Dewan Keamanan mengidentifikasi salah satu tujuan perang adalah penghancuran kemampuan militer dan politik Hamas. Tentu saja, tentara Israel terlibat dalam hal itu,” kata Netanyahu, Rabu (19/6/2024). .
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant juga meminta Netanyahu memberikan strategi yang jelas, setelah pasukannya mengaku berhasil mengusir Hamas dari beberapa wilayah Jalur Gaza.
Di sisi lain, Yoav Gallant tidak setuju dengan pemerintahan militer Israel yang menguasai Jalur Gaza seperti yang disarankan Netanyahu, seperti dilansir Al Arabiya. Jumlah korban
Sementara Israel terus melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.372 orang dan melukai 85.452 lainnya pada Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (18/6/2024) dan 1.147 kematian. di wilayah Israel, Anadolu melaporkan.
Sebelumnya, Israel mulai mengebom Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan kekerasan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa pada Sabtu (10/07/2023).
Israel memperkirakan sekitar 120 sandera, baik hidup maupun mati, dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan Guardian pada Desember 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel