TRIBUNNEWS.COM – Pelabuhan terapung sementara yang dibangun Amerika Serikat untuk bantuan kemanusiaan di dekat Jalur Gaza kini telah dibongkar untuk ketiga kalinya.
Pentagon mengumumkan pada Jumat (28 Juni 2024) bahwa dermaga apung telah dipindahkan ke pelabuhan Israel.
Pentagon mengatakan kenaikan permukaan air laut menyebabkan perubahan pada pelabuhan terapung.
Ini adalah ketiga kalinya pelabuhan tersebut ditarik dari Jalur Gaza karena cuaca buruk sejak pertama kali dibangun pada pertengahan Mei, The New Arab melaporkan.
“Karena perkiraan kenaikan permukaan air laut akhir pekan ini, Komando Pusat untuk sementara waktu membongkar pangkalannya di Gaza,” kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singer, kepada wartawan.
Komando Pusat (CENTCOM) adalah komando militer yang bertanggung jawab di Timur Tengah.
Singh mengatakan dia tidak tahu kapan pelabuhan Gaza akan dibangun kembali. Pembangunan pelabuhan terapung di Gaza (Twitter Komando Pusat AS)
Ia mengatakan, pihaknya akan terus mengkaji kondisi laut pada akhir pekan ini.
Pada pertengahan Mei, jangkar terapung pertama berlabuh di Jalur Gaza.
Namun pelabuhan tersebut rusak akibat cuaca buruk di akhir bulan dan harus dipindahkan untuk perbaikan.
Pelabuhan tersebut kemudian dipasang kembali pada tanggal 7 Juni, tetapi dipindahkan ke Ashdod pada tanggal 14 Juni untuk melindunginya dari kemungkinan laut lepas atau kenaikan permukaan laut (situasi yang telah terjadi berulang kali).
Setelah pelabuhan tersebut dioperasikan, pelabuhan tersebut akan digunakan untuk mengirimkan bantuan dalam jumlah besar ke pantai.
“Sejak 17 Mei, Komando Pusat telah membantu mengangkut lebih dari 8.831 ton bantuan kemanusiaan ke pantai, atau sekitar 19,4 juta ton, untuk didistribusikan oleh organisasi kemanusiaan,” kata Singh.
Namun distribusinya menjadi masalah.
Hal ini terjadi ketika Program Pangan Dunia PBB (WFP) menunda bantuan tiba di pelabuhan awal bulan ini.
WFP menunda rencana tersebut, dengan alasan keinginan untuk terlebih dahulu memahami situasi keamanan.
Tindakan tersebut dilakukan setelah Israel melancarkan operasi militer di dekatnya untuk membebaskan empat sandera, sebuah operasi yang menyebabkan lebih dari 270 warga Palestina tewas, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Akibatnya, bantuan menumpuk di titik pengumpulan di darat.
“Masih ada ruang di sana, tapi menurut saya sebagian besar sudah penuh,” kata Singer.
Serangan udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 37.760 orang.
Ribuan orang lainnya diyakini tewas di bawah reruntuhan. Update terkini perang Hamas-Israel
Sementara itu, ini merupakan perkembangan lain terkait situasi di Gaza, lapor Al Jazeera.
Juru bicara PBB Stephen Dujarric mengatakan serangan baru Israel di distrik Shujaya di negara bagian Gujarat telah menyebabkan sedikitnya 60.000 orang mengungsi.
Sementara itu, operasi militer Israel di Mawasi, Gaza selatan, telah menyebabkan 5.000 orang mengungsi dan melukai banyak lainnya.
Pesawat tempur Israel menyerang sebuah rumah di distrik Yarmouk Kota Gaza pada malam hari, menewaskan dua anak dan melukai sedikitnya lima lainnya.
Wafa Palestina melaporkan, serangan terhadap kamp pengungsi Magazi di Gaza tengah juga menimbulkan korban jiwa.
Empat tentara Israel dilaporkan tewas dan lima lainnya terluka di daerah Shujaiya.
Militan Palestina mengatakan mereka terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan pasukan Israel di wilayah tersebut.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan orang-orang di Gaza tinggal di tenda-tenda di samping bangunan yang dibom dan tumpukan sampah yang membusuk.
Di sana, penduduk setempat semakin lapar dan ketakutan akan infeksi meningkat.
(Tribunnews.com, Tiara Sheravi)