Laporan Jurnalis TribunJakarta.com Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Seorang pemuda berinisial MRR (23) menjadi korban penawanan di sebuah kafe di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, dan selamat dari serangkaian penyiksaan.
Marr tidak hanya mengalami penyiksaan fisik dengan tangan dan benda kosong, tetapi juga pelecehan seksual saat disekap di sebuah kafe pada Maret hingga Juni 2024.
Berikut sederet faktanya:
1. Dilakukan oleh 11 orang
Pengacara MRR Muhammad Normansiah mengatakan, penganiayaan yang dialami korban tidak manusiawi karena beberapa kali dilakukan oleh pelaku utama berinisial H dan puluhan temannya.
“Saat disandera, korban diborgol dan kakinya diikat.
Alat kelaminnya diisi bubuk cabai, dibakar, ditelanjangi, kata Normansiah di Jakarta Timur, Minggu (7 Juli 2024).
2. Dipukuli 30 orang
Namun tidak hanya itu, Marr juga mengalami penganiayaan, sekitar 20 hingga 30 orang memukulinya satu per satu hingga putingnya dipasang paksa.
Kemudian mereka memaksanya untuk makan, mengunyah dan menghisap rokok, tabung gas dilemparkan ke kepala (punggung) dan menutupi badan T, rokok, dan tong sampah besi masuk ke wajahnya.
– Mereka memukul kepalanya dengan asbak kaca dan memukuli tubuhnya dengan selang dan ikat pinggang. Saya pikir sangat tidak manusiawi melakukan hal itu kepada orang lain,” kata Normansiah.
3. Korban diduga melakukan penggelapan uang pelaku
Motif dari semua tindakan tersebut diyakini semata-mata karena Marr tidak mampu membayar keuntungan penjualan mobil yang disepakati antara korban dan pelaku.
Per Oktober 2023, MRR dan H sepakat menjalankan bisnis jual beli mobil dengan bagi hasil 60/40.
Namun pada transaksi keempat, karena keperluan pribadi, MRR terpaksa menggunakan keuntungannya untuk ditransfer ke H senilai sekitar Rp 100 juta.
Meski Marr sudah berusaha mencicil utangnya sebelum kejadian, namun Tuhan tetap tidak menerimanya.
Ia bahkan meminta korban membayar utang tersebut beserta bunganya sehingga nilainya mencapai 300 juta IRE.
Karena korban memang pandai jual beli mobil. Kelebihannya dimanfaatkan. Korban juga punya usaha di kafe (tempat dia ditahan). Itu toko burger dan roti panggang, kata Normansyah.
4. Diperbolehkan bertemu keluarganya dan pulang ke rumah
Untuk menyesatkan keluarga agar percaya bahwa Marr sehat, pelaku membiarkan korban menemui keluarga langsung di kafe tempat penangkapan berlangsung.
Setiap pertemuan, MRR hanya mempunyai waktu sepuluh menit untuk bertemu langsung dengan keluarga. Perjumpaan itu terjadi saat korban dijaga beberapa pelaku.
Saat Idul Fitri 1445 Hijriah, Marr memperbolehkan para pelaku pulang, namun hanya sehari, hingga akhirnya korban kembali ditawan dan kemudian disiksa lagi.
5. Korban ditangani oleh saudaranya
Penahanan Marr baru berakhir pada 1 Juni 2024, ketika pihak keluarga mencoba bernegosiasi dengan pelaku untuk “menukar” korban dengan kakak laki-laki Marr.
“Cara pembebasannya adalah dengan menukar korban dengan saudaranya.
Oleh karena itu, kakak laki-laki korban ditahan di sana. Saat itu pihak keluarga berubah karena takut melaporkannya ke polisi, lanjut Normansea.
6. Mengalami trauma dan mengalami gangguan psikis
Meski kini sudah bebas, MRR belum bisa bernapas lega sepenuhnya karena masih harus menjalani proses pemulihan atas luka fisik dan trauma yang dialaminya.
Paman MRR, Yusman, mengatakan keponakannya kini menderita gangguan saraf dan psikologis akibat hampir tiga bulan ditahan dan disiksa.
Informasi tersebut diperoleh pihak keluarga usai melakukan Visum et Repertum di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit untuk memberikan bukti guna pengusutan kasus yang dilaporkan.
Dampak benturan itu berdampak pada syaraf dan mentalnya. Kata dokter perlu penanganan lebih lanjut. Biasanya anak senang, sekarang sering ekspresif, kata Yusman.
Merujuk keterangan tim medis RSKD Duren Sawit yang merawatnya, Yusman mengaku membutuhkan waktu untuk pemulihan lebih lanjut hingga kondisi psikologis MRR pulih sepenuhnya dari trauma.
Namun MRR yang masih berstatus pelajar saat ini sedang menjalani rawat jalan untuk pemulihan fisik dari cedera yang dideritanya dan untuk dukungan psikologis.
“Ketakutannya besar sekali, ketika melihat mobil (lewat), dia mengira dialah pelakunya. Kata dokter, dia butuh waktu lama untuk mendapat perawatan psikologis (pulih dari trauma akibat penyiksaan),” kata Yusman. .
Artikel tersebut telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul “Serangkaian Penyiksaan Remaja di Duren Sawit”. Alat vital mereka dibakar hingga kepala mereka terkena tabung gas