Bagaimana Bapak/Ibu Memahami Cara Kerja Otak, 5 Kebutuhan Dasar Manusia, Tahap Tumbuh-Kembang Anak?

TRIBUNNEWS.COM – Berikut jawabannya: Bagaimana memahami fungsi otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahapan tumbuh kembang anak serta pengaruhnya terhadap pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan manusia? Kenapa begitu?

Pertanyaan ini muncul ketika guru sedang mengerjakan tugas pembelajaran konsep – Modul 1.2 dalam Pengaktifan Pendidikan Guru (PGP).

Calon Instruktur Mengemudi Bapak/Ibu (CGP) dapat menggunakan artikel di bawah ini untuk menjawab pertanyaan di atas.

Pertanyaan: Bagaimana memahami fungsi otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap tumbuh kembang anak serta pengaruhnya terhadap pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan manusia? Kenapa begitu?

Menjawab:

Pemahaman tentang fungsi otak, kebutuhan dasar manusia, fase tumbuh kembang anak serta dampaknya terhadap pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan sangatlah kompleks dan memerlukan pendekatan multidisiplin.

Berikut penjelasan masing-masing aspeknya:

1. Cara kerja otak

Diketahui bahwa otak manusia masih memiliki bagian-bagian yang mirip dengan otak mamalia, otak reptil, dan otak primata, yang berhubungan langsung dengan otak manusia. Otak tinggi adalah otak yang hanya dimiliki manusia dan secara refleks berfungsi membentuk karakter seseorang.

Berdasarkan bagian-bagian tersebut, sistem berpikir manusia dibedakan menjadi dua, yaitu sistem berpikir cepat yang dikendalikan oleh otak mamalia dan reptil, dan sistem berpikir lambat yang dikendalikan oleh otak primata dan otak manusia tingkat tinggi.

Kedua sistem ini memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Sistem berpikir yang lebih cepat menghemat lebih banyak energi. Pada saat yang sama, sistem berpikir lambat memerlukan banyak energi karena bertentangan dengan kerja alami bagian otak lainnya.

Setiap orang mempunyai bagian pemikirannya yang lebih dominan. Juga dengan siswa. Mereka mempunyai cara berpikir yang berbeda. Ada yang cepat, ada pula yang lambat.

Oleh karena itu, sebagai guru kita harus mampu memahami siswa dari segi kelebihan dan kekurangannya.

2. Lima kebutuhan dasar manusia

Manusia mempunyai lima kebutuhan dasar. Pertama, kebutuhan untuk bertahan hidup. Misalnya makanan, pakaian, waktu luang, tempat tinggal, keselamatan dan kesehatan.

Kedua, kebutuhan akan cinta dan perasaan diterima. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan psikologis seperti perasaan diterima, diperhatikan, dibagi, diajak bekerja sama, atau menjadi bagian dari suatu kelompok.

Ketiga, kekuasaan dan kendali. Kebutuhan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mencapai sesuatu, kompeten, terampil, memimpin dan berprestasi.

Keempat, kebutuhan akan kebebasan, yaitu kebutuhan untuk mengendalikan pilihan atau haluan sesuai dengan kemauannya.

Kelima adalah kesenangan yaitu kebutuhan akan kebahagiaan, kegembiraan, tawa dan bermain.

Ketika seseorang berperilaku tidak sesuai dengan norma atau aturan, hal itu mungkin disebabkan karena ia tidak mampu memenuhi atau memuaskan kebutuhan dasarnya.

Mengingat konteks pendidikan, maka guru harus mampu memberikan pendidikan yang memenuhi kebutuhan dasar peserta didik sebagai manusia.

Guru hendaknya mampu bekerja sama, menciptakan hubungan yang hangat dan tulus dengan siswa dan rekan sejawatnya. Guru dapat memberikan kegiatan yang menantang, kontekstual, dan relevan.

Guru juga dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan jati dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya. Guru juga hendaknya menciptakan suasana menyenangkan dengan berbagai permainan edukatif agar pembelajaran lebih bermakna.

3. Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak

Ki Hadjar Dewantara mengklasifikasikan perkembangan anak berdasarkan tahun (delapan tahun).

Vindu pertama (0-8 tahun) disebut periode Viraga. Pada masa ini, tubuh dan pikiran anak berkembang pesat. Tak heran bahkan Hajar Devantara menyebutnya sebagai taman Indoria. Pada periode ini, guru hendaknya berusaha fokus memberikan akses dan pengalaman belajar agar anak lebih leluasa mengeksplorasi dunianya.

Vindu kedua (9-16 tahun) disebut masa Wiraga Wirama. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan pikirannya. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita perlu mulai fokus membimbing proses berpikir anak agar lebih terhubung satu sama lain dan dengan lingkungan.

Vindu ketiga (17-24 tahun) disebut periode Viram. Pada usia ini, guru hendaknya mulai membimbing anak dan mendorong mereka untuk memimpin diri dan mengenali potensi yang dimilikinya. Untuk memahami betapa mandirinya orang.

Pada dasarnya proses belajar anak hendaknya sesuai dengan usia, tahap tumbuh kembang, sifat anak.

Sedangkan menurut Erik Erikson, tahapan perkembangannya dibagi menjadi enam. yaitu tahap 1 (0-1,5 tahun) kepercayaan vs ketidakpercayaan, tahap 2 (1,5-3 tahun) otonomi vs harga diri rendah, tahap 3 (3-5). tahun) Inisiatif vs. kenakalan Tahap 4 (5-12 tahun) Produktivitas vs. kinerja buruk Tahap 5 (12-18 tahun) Identitas vs. kebingungan peran Tahap 6 (18-40 tahun) Keintiman vs. isolasi.

Masing-masing tahapan ini menggambarkan dampak pengalaman sosial terhadap tahapan tersebut. Pada semua tahap perkembangan, orang tua dan lingkungan sosial mempunyai pengaruh besar. Kepribadian dan karakter seseorang berkembang seiring bertambahnya usia.

4. 5 Kebutuhan Dasar Otak, Pengaruh Tahapan Tumbuh Kembang Anak Terhadap Pembentukan Kebiasaan dan Nilai Hidup Seseorang

Perkembangan kebiasaan dan nilai hidup manusia dipengaruhi oleh otak, kebutuhan dasar manusia serta tumbuh kembang anak. Semua orang mempunyai dua sistem pemikiran, namun terkadang ada satu yang dominan.

Juga dengan siswa. Mereka mempunyai cara berpikir yang berbeda. Dalam hal ini guru harus mampu memahami dan mempraktikkan pengelolaan kedua anak secara seimbang.

Selain itu, semua anak mempunyai kebutuhan dasar yang apabila terpenuhi dengan baik tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran norma dan aturan.

Besarnya peran orang tua dan lingkungan mempengaruhi perkembangan kebiasaan dan nilai-nilai hidup anak. Dengan demikian, guru hendaknya mampu menggerakkan orang tua dan lingkungan untuk berperan dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya serta sesuai dengan fitrahnya.

*) Penafian: Contoh jawaban yang diberikan dalam artikel ini hanyalah panduan bagi guru manajemen masa depan saat mereka mengerjakan Tugas Pembelajaran Konsep – Modul 1.2.

(Tribunnews.com/Sri Juliet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *