Laporan reporter Tribunnews.com, Dennis Destriavan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyaluran pinjaman perbankan Indonesia meningkat 12,15 persen year-on-year (yoy) pada Mei 2024.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjio mengatakan penyaluran kredit ini mendorong pertumbuhan kredit di banyak sektor ekonomi, terutama perdagangan, industri, dan jasa dunia usaha. Sementara kinerja penyaluran kredit perbankan pada bulan sebelumnya atau April 2024 sebesar 13,09 persen year-on-year.
Berdasarkan kelompok pengguna, pertumbuhan kredit pada Mei 2024 ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi yang tumbuh masing-masing sebesar 14,80 persen (yoy), 11,59 persen (yoy), dan 10,47 persen (yoy). ” dia berkata. . ujarnya dalam konferensi pers BI di Jakarta, Kamis (20 Juni 2024).
Kemudian pembiayaan syariah tumbuh 14,07 persen (yoy), kredit UMKM sebesar 6,74 persen (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai puncaknya pada 10 hingga 12 persen pada tahun 2024.
“Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit tetap berlanjut didukung oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8,63 persen (year-on-year),” ujarnya.
Kemudian, kelanjutan strategi realokasi alat likuid menjadi pinjaman perbankan serta dukungan likuiditas seiring dengan penerapan kebijakan Stimulasi Likuiditas Makroprudensial (KLM) BI.
“Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang kuat,” tambah Perry.
Pertumbuhan penjualan korporasi dan belanja modal positif, sehingga meningkatkan kebutuhan akan modal kerja dan pembiayaan investasi.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap kuat, terutama dari kelas menengah dan atas, seiring dengan meningkatnya ekspektasi pendapatan. Di sisi lain, ketahanan perekonomian tetap terjaga.
Hal ini tercermin dari likuiditas yang memadai, risiko kredit yang rendah, dan permodalan yang kuat. Rasio Likuiditas terhadap Alat Likuid terhadap Aset Pihak Ketiga (AL/DPK) Bank tercatat tinggi yakni sebesar 25,78 persen.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) pada April 2024 tercatat sebesar 25,97 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 2,33 persen (gross) dan 0,81 persen (net).