Enam tentara Israel tewas di Gaza dan puluhan ribu tentara IDF terluka dalam 24 jam terakhir
TRIBUNNEWS.COM – Enam tentara Israel terluka dalam bentrokan dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga di Jalur Gaza, data militer menunjukkan pada Kamis (20 Juni 2024).
Namun pihak militer tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang bagaimana tentara tersebut terluka.
Setidaknya 662 tentara tewas dan 3.866 luka-luka sejak konflik pecah di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut statistik militer Israel.
Israel menghadapi kecaman internasional karena terus melakukan serangan brutal di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Lebih dari 37.400 warga Palestina tewas di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 85.600 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar Gaza telah hancur akibat blokade makanan, air bersih dan obat-obatan.
Israel telah dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk melakukan genosida di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum pecahnya perang diperintahkan agar kegiatan itu segera dihentikan. . Invasi terjadi pada tanggal 6 Mei. Tentara Israel (IDF) mengevakuasi seorang kawannya yang terluka parah dalam pertempuran di Jalur Gaza. Di wilayah Zaitoun, pasukan IDF dilaporkan menghadapi perlawanan sengit dari milisi perlawanan Palestina, dengan Brigade al-Qassam, Brigade al-Quds, dan Brigade Martir al-Aqsa bersatu untuk mengalahkan pasukan IDF yang diserang. (Caverni/HO) Puluhan ribu anggota IDF cacat permanen
Sementara itu, jumlah tentara Israel yang cacat permanen pasca perang di Gaza mencapai lebih dari 70.000 orang.
Hal ini diumumkan oleh Kementerian Urusan Militer Israel.
Tak hanya itu, 8.663 tentara Israel terluka akibat perang tersebut.
Angka-angka tersebut, yang dikutip oleh Iran Press TV, mencakup 35 persen tentara Israel yang terkena dampak psikologis akibat perang dan 21 persen dari mereka yang menderita luka fisik.
Namun Otoritas Rehabilitasi Kementerian Israel mengatakan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat pada akhir tahun 2024.
Mereka memperkirakan 20.000 tentara tambahan akan terluka akibat perang tersebut.
Dari jumlah tersebut, diperkirakan 40 persen tentara yang dirawat pada akhir tahun mengalami berbagai reaksi psikologis, antara lain kecemasan, depresi, stres pasca trauma, penyesuaian diri, dan kesulitan komunikasi.
Sejauh ini, 1.000 tentara memerlukan perawatan setiap bulannya.
Sekitar 20 persen tentara mengalami reaksi psikologis atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Tentara Israel menjadi terpengaruh secara psikologis dan memilih untuk bunuh diri
Pada 7 Juni 2024, seorang tentara Israel bernama Eliran Mizrahi memilih mengakhiri hidupnya di Jalan Ares.
Mizrahi adalah penduduk pemukiman ilegal Or Yehuda berusia 21 tahun.
Dia bertugas di Jalur Gaza sebagai cadangan di Pasukan Pertahanan Israel dan baru-baru ini diberhentikan.
Sudah lama diketahui bahwa Mizrahi dipanggil untuk kembali berperang di Gaza.
Namun setelah kembali berperang, ia menderita PTSD dan dua luka.
Situs berbahasa Ibrani Wala melaporkan bahwa Mizrahi telah bekerja di Gaza sebagai pengemudi ekskavator selama 78 hari dan menderita gangguan stres pasca-trauma, mengutip surat kabar Middle East Monitor.
Sejak 7 Oktober 2023, 10 perwira dan tentara melakukan bunuh diri.
Meski menderita banyak penderitaan, pasukan Israel terus menyerang Gaza.
Serangan terus berlanjut meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan Israel sebelumnya telah menewaskan 37.400 warga Palestina di Gaza.
Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 85.400 warga Palestina lainnya terluka dalam serangan Israel.
(Orun/Kublin/Memo/*)