Reporter Tribunnews.com, Ismoyo melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kelompok I DPR Sukamta menyebut pemerintah Indonesia telah memenangkan perang siber.
Hal itu tercermin dari kesalahan Pusat Data Nasional (PDN) pada pekan lalu.
Sukamta mengungkapkan, upaya peretasan PDN tersebut diyakini telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya pada 24 Mei 2024, PDN tersebut akhirnya berhasil diretas.
Ia mengungkapkan, PDN memiliki data penting dari ratusan perusahaan. Meliputi instansi/perusahaan pemerintah seperti data pemerintah daerah.
“Jadi PDN itu pusat data seluruh pemerintah, perusahaan, dan pemerintah daerah. Ada yang bilang 210 perusahaan, badan usaha, dan pemerintah daerah, ada pula yang bilang 282,” kata Sukamta dalam diskusi online “Pusat Data Bocor, Bocor”. , Sabtu (29/06/2024).
“Maksudnya apa? PDN ini ibarat brankas berisi emas putih 24 karat + 100 ribu permata. Itu ada karena merupakan harta negara,” sambungnya.
Faktanya, data informasional mencakup data sosial, data ekonomi, sumber daya publik, dan kesehatan.
Sukamta lebih mengkhawatirkan data yang diretas adalah data keamanan dan pertahanan negara.
Ini sangat sensitif jika informasinya sampai ke negara lain.
Sukamta mengungkapkan, perang siber sudah berlangsung cukup lama dan kini pemerintah Indonesia dinilai kalah dalam perang tersebut.
Untuk itu, Sukamta meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk bertanggung jawab. dan memperbaiki kesalahan PDN.
Bayangkan jika ada negara yang menerima data setelah diterima dari kelompok keamanan dan mengetahui jumlah petugas keamanan Indonesia dan cara kerjanya, kata Sukamta.
“Jika suatu negara memahami pola budaya, kemampuan pertahanan, keamanan, perekonomian, dan perilaku masyarakat Indonesia, saya kira akan berdampak pada keamanan. Perang siber sudah dimulai dan sedang berlangsung, dan kita kalah dalam perang ini, ” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan, matinya Pusat Data Nasional Sementara (PDN) pada Rabu 20 Juni 2024 disebabkan oleh serangan ransomware.
Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan hal itu terungkap setelah timnya melakukan penelusuran lebih lanjut bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Perlu kita ketahui, kejadian Pusat Data Sementara yang kami laporkan ini merupakan serangan siber berupa ransomware Brain Cipher, kata Hinsa di Biro Komunikasi dan Informatika DKI Jakarta, Senin (24/6/2024). .
“Visi ransomware ini merupakan pengembangan terbaru dari ransomware Lockbit 3.0. Jadi ransomware ini terus berkembang. Jadi ini yang terbaru setelah melihat contoh yang diberikan peneliti BSSN,” lanjutnya.