TRIBUNNEWS.COM – Mengawali karirnya sebagai spesialis humas di industri minuman internasional, Dr. Dra. Penghargaan Desideria Lumongga Dwi, M.Si atau biasa disapa Deri jatuh cinta pada bidang Ilmu Komunikasi (Ilcom). Pengalaman bekerja di dunia usaha menginspirasinya dalam bidang ini, karena ia melihat komunikasi sangat penting bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan internal.
Berbekal gelar sarjana bahasa dan sastra Inggris, Deri kemudian melanjutkan studi magister dan doktor di Universitas Indonesia (UI) di bidang sains dan komunikasi dengan fokus komunikasi antarbudaya.
Desideria saat ini bekerja sebagai Dosen Senior di Program Studi (Prodi) Sains Sarjana dan Magister, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Pelita Harapan (UPH). Spesialisasinya adalah studi tentang hubungan antar budaya. Ia mengungkapkan, ketertarikannya pada bidang komunikasi antarbudaya tidak terlepas dari pengaruh seorang profesor yang sangat ahli di bidang tersebut. Dery kemudian mengalihkan perhatiannya pada kajian budaya khususnya pada “Fandom Studies”.
Kajian fandom atau fandom merupakan suatu bidang kajian yang mempelajari tentang penggemar dan khalayak, khususnya setelah adanya fenomena pop Korea (K-Pop) dan drama Korea (K-Drama) yang sangat populer di Indonesia.
“Saya tertarik dengan kajian lintas budaya dan secara khusus meneliti fenomena kajian fandom yang sangat populer di kalangan generasi muda di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Latar belakang saya meneliti cerita ini karena saya sendiri adalah penggemar K-Pop dan K-Drama. Kemudian saya terpikir untuk menjadikan hobi ini menjadi sebuah penelitian yang dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di Indonesia, dan akhirnya saya memulai penelitian dengan fokus pada ilmu pengetahuan dari judul tesis saya ketika saya sedang menempuh studi doktoral yaitu “Imperialisme Media dan budaya” (Studi tentang subkultur penggemar). – Pop di Indonesia)’. “Sampai saat ini, saya telah menulis puluhan makalah penelitian tentang fenomena penelitian Fandom di Indonesia,” kata Deri.
Ia juga memanfaatkan aktivisme Deri dalam penelitian fandom dan pembuatan majalah untuk berpartisipasi dalam pembuatan modul buku tentang komunikasi antar budaya dan merupakan anggota aktif dari Asosiasi Dunia untuk Studi Hallyu (WAHS) sebagai presiden regional Indonesia. Deri bertanggung jawab untuk berkontribusi terhadap berkembangnya kajian budaya Korea di Indonesia.
“Sebagai presiden regional Indonesia di WAHS sejak tahun 2015, saya bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman melalui berbagai karya akademis dan penelitian mengenai Korean wave (Hallyu) dan produk-produknya, yang berkaitan dengan topik-topik tertentu yang diminati dalam budaya populer dan penelitian kritis serta ilmu komunikasi.” Selain itu, saya juga akan mengelola dan menjalin hubungan dengan seluruh masyarakat yang tertarik dengan budaya dan masyarakat Korea, serta membuka jaringan akademik dengan universitas lain yang tertarik untuk meneliti produk budaya Korea,” ujarnya.
Melalui artikel penelitian dan kontribusinya pada WAHS, ia berharap dapat memperluas pemahaman masyarakat tentang sains dan komunikasi antarbudaya. “Saya ingin masyarakat lebih memahami bahwa ada perkembangan ilmu komunikasi terkait audiens, terutama yang berkaitan dengan fans atau penggemar,” ujarnya.
Bagi Dery, menjadi seorang dosen diperlukan kemampuan untuk selalu memperbaharui metode pengajaran agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Ia berpendapat bahwa setiap generasi memiliki ciri khasnya masing-masing, sehingga metode pengajaran harus disesuaikan agar dapat diserap dengan baik oleh siswa.
“Sebagai guru tentunya sangat penting bagi kita untuk mewaspadai perkembangan dan perbedaan gaya mengajar saat ini. Prioritas kami adalah melalui metode pengajaran yang diusulkan, siswa akan menghadapi tantangan yang berbeda-beda di masa depan.” Saya selalu menekankan pentingnya memahami permasalahan yang dihadapi di bidang komunikasi, khususnya permasalahan terkait digitalisasi media dan teknologi,” jelas Deri.
Terlebih lagi, bagi Dery, bekerja di industri komunikasi merupakan lingkungan yang menarik dan menantang, dan tentunya selalu membutuhkan komunitas. Oleh karena itu, ia berharap mahasiswa Ilmu Komunikasi UPH mempunyai tekad yang kuat, pemikiran yang kuat dan gigih dalam upaya pengembangan diri.
“Kedepankan yang terbaik, tingkatkan diri, dan yakinlah bahwa Anda bisa menjadi komunikator yang sukses,” ujarnya.
Dengan dedikasi dan komitmen yang besar, Desideria Lumongga Dwi Award sebagai guru yang berpengaruh dan inspiratif di UPH dan dalam pengembangan ilmu komunikasi antarbudaya di Indonesia menunjukkan dan membuktikan bahwa kegigihan memberikan kontribusi positif yang baik bagi pengembangan disiplin ilmu ini. Pendidikan ilmu komunikasi di negeri ini. . (*)