TRIBUNNEWS.COM – Banyak kegiatan sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Cinta Damai Pati berlangsung pada Minggu (16/6/2024) di Kawasan Alun-Alun Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Hal itu dilakukan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat Pati hidup damai dan toleran.
Diketahui, belakangan ini banyak masyarakat Kabupaten Pati yang menghina banyak orang.
Bahkan, warganet menuding Kabupaten Pati sebagai “sarang bandit” hingga “sarang maling” menanggapi kejadian di Desa Sumbarsoko, Kecamatan Sukolilo.
Burhanis (42), seorang pengusaha rental mobil di Jakarta, tewas dalam kecelakaan tersebut karena diduga pencuri.
Dia dibunuh massa pada Kamis (6/6/2024).
Cinta Damai dicanangkan untuk meredam stigma negatif tersebut.
“Program ini merupakan gagasan yang muncul dari keprihatinan kami karena saat ini Kabupaten Pati sedang terancam di seluruh dunia,” kata Koordinator Proyek, Aris Heru Prasetyo, kepada TribunJateng.com, Minggu.
Kegiatannya meliputi pertunjukan, pembagian bunga dan pernyataan cinta perdamaian.
Sebanyak 40 orang dan organisasi kemasyarakatan turut serta dalam acara tersebut untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa masyarakat Pati sangat cinta perdamaian.
Mereka juga mendukung penuh kepolisian Republik Indonesia dalam penegakan hukum.
“Pertunjukan ini memberikan gambaran sekilas tentang sejarah Kabupaten Pati yang dulunya damai dan harmonis.”
“Kami ingin menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa kami cinta perdamaian dan menaati hukum yang ada,” tegas Aris.
Selain itu, kata Aris, tindakan memberi bunga merupakan simbol kedamaian, cinta, dan kasih sayang bahwa orang tersebut benar-benar perhatian dan baik hati.
Kami berharap dengan ini Kabupaten Pati senantiasa silaturahmi dan maju menjadi lebih baik lagi.
“Kita terdampak dengan apa yang terjadi, tapi kita harus maju, maju bersama untuk berbuat lebih baik,” kata Aris. Tanggapan Bupati
Terkait hal tersebut, Irjen Pati Henggar Budi Anggoro pun menanggapi penyebutan virus ‘Kampung Bandit’ di wilayah Desa Sumbarsoko dan beberapa tempat di Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Sebab, referensi ini juga disertakan dalam dokumentasi Google Maps.
Terkait stigma Sukolilo sebagai sarang geng, Hanger menghapusnya.
“Sukolilo dianggap sarang perampok. Kami juga prihatin dengan masalah ini, tapi sebenarnya tidak karena semuanya baik-baik saja,” jelas Hengar, seperti dilansir TribunJateng.com, Rabu (12/6/2024). .
Pihaknya berduka atas kejadian di Sumbarsoko.
“Apa yang terjadi sungguh merupakan pelajaran bagi kita semua, di masyarakat dan di tempat lain,” kata Henger.
Saat ini, pihaknya telah melakukan pembicaraan mendalam dengan serikat pekerja untuk memberikan pemahaman kepada banyak orang, agar permasalahan serupa tidak terulang kembali.
Mereka juga telah mengumpulkan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan berbagai pihak lainnya untuk membahas program tersebut.
Ia berharap hal ini dapat membantu mengubah keadaan.
“(Kasus kemarin) sepertinya kita kelewatan, tapi sebenarnya tidak ada masalah, kita berusaha memulihkan semuanya dan sejak beberapa orang ditangkap, kita evaluasi ulang apa yang terjadi,” kata Henger.
Mereka berharap gejolak tersebut tidak mempengaruhi iklim investasi di Kabupaten Pati yang selama ini sudah baik.
“Situasi keuangan di Pati sudah baik, kita berharap ini tidak mempengaruhi semua ini, karena ini tidak bisa terjadi di tangan kita sendiri, hal ini sangat mengkhawatirkan,” kata Henger.
Kisah ini sebagian dimuat di TribunJateng.com dengan judul Tragedi Sukolilo, Aliansi Masyarakat Pati untuk Perdamaian dan Cinta Gelar Aksi di Alun-Alun Pati dengan video tanggapan.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal)