TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menegaskan Lebanon tidak boleh menjadi ‘Gaza’ yang lain.
Pernyataan itu mengkritik meningkatnya permusuhan antara Israel dan Hizbullah Lebanon, yang menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang di Lebanon.
Antonio Guterres berbicara tentang serangan Israel yang sedang berlangsung, yang telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina dan menghancurkan bangunan di Jalur Gaza.
“Mari kita perjelas, masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak akan membiarkan Lebanon menjadi bagian lain dari Gaza,” kata Antonio Guterres, Jumat (21/6/2024).
“Hari ini saya merasa berkewajiban untuk menyampaikan pendapat serius saya tentang eskalasi antara Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru yang ditarik oleh PBB antara Lebanon dan Israel setelah penarikan pasukan Israel pada tahun 2000,” lanjutnya.
Dia berbicara tentang perang Israel di masa lalu dengan Hizbullah, yang terjadi di dekat perbatasan utara Israel, wilayah pendudukan Palestina, dan Lebanon selatan.
“Meningkatnya konflik, pemboman yang terus-menerus, retorika yang semakin bermusuhan di kedua belah pihak, membuat perang skala penuh tampak akan segera terjadi,” kata Sekjen PBB.
Antonio Guterres memperingatkan bahwa risiko meluasnya konflik di Timur Tengah adalah nyata dan harus dihindari.
“Setiap langkah yang tidak masuk akal, yang menurut saya tidak baik, dapat menyebabkan bencana yang melampaui batas, (bencana) yang jelas tidak terbayangkan,” dia memperingatkan Israel dan Hizbullah.
Dia meminta kedua belah pihak untuk berkomitmen kembali pada perdamaian.
“Dunia harus mengatakannya dengan lantang dan jelas: pengurangan dalam waktu dekat tidak hanya mungkin – itu perlu. Tidak ada solusi militer,” ujarnya, dikutip Al Araby.
Antonio Guterres prihatin dengan tewasnya warga sipil Israel dan Hizbullah akibat dua kekuatan militer saling tembak di perbatasan.
Pengeboman semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir, dan ancaman dari kedua belah pihak telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang regional.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dalam perlawanan untuk melindungi rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah telah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan utara Israel, wilayah Palestina yang diduduki, dari Lebanon selatan, yang merupakan pangkalan militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji untuk berhenti menyerang perbatasan hanya jika Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina dan mencapai gencatan senjata dengan gerakan oposisi Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, sebuah tawaran yang ditolak Israel. Jumlah Korban
Saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas di Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.551 orang dan 85.911 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (22/6/2024), dan 1.147 orang. kematian di wilayah Israel, seperti dilansir Anadolu.
Israel pernah melancarkan serangan ke Jalur Gaza setelah gerakan oposisi Palestina, Hamas, melancarkan operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan ada sekitar 120 sandera hidup atau mati dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, pasca pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait Konflik Palestina vs Israel