Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Rina Ayun
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia meningkatkan kesadaran tentang risiko penularan flu burung (flu burung) dari manusia ke manusia.
Direktur Pengendalian Kesehatan dan Karantina Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Dr Achmad Farchanny Tri Adriano mengatakan, pihaknya terus memantau strain virus flu burung yang berpotensi menular ke manusia.
Sesuai komitmen global, strain yang dipantau di bidang kesehatan manusia adalah HPAI (highly patogenic avian influenza) yaitu H5 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat level 4, dan LPAI (low patogenic avian influenza) yaitu H7, H9 dan lain-lain di Tingkat Nasional. Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Laboratorium Rujukan Kesehatan jelas Farchanny di Jakarta, Kamis (13/6).
HPAI merupakan virus avian influenza yang sangat patogen dan menyebabkan penyakit parah dan angka kematian yang tinggi pada unggas yang terinfeksi.
Sedangkan flu burung patogen rendah (LPAI) meliputi virus avian influenza patogen rendah yang tidak menimbulkan penyakit atau gejala ringan pada ayam atau unggas.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika, virus avian influenza A HPAI dan LPAI dapat menyebabkan infeksi ringan hingga berat pada orang yang terinfeksi.
Di Indonesia, pengendalian HPAI strain H5 dilakukan dengan mengintensifkan surveilans penyakit mirip influenza (ILI) dan sindrom pernafasan akut parah (SARS) terhadap faktor risiko seperti kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau mati, serta lingkungan yang terkontaminasi.
“Kemudian mengintensifkan pengawasan terhadap ISPA berat dengan faktor risiko dugaan flu burung,” lanjut Farchanni.
Kementerian Kesehatan menghimbau penerapan pengelolaan ternak dan kandang ternak dengan selalu melakukan disinfektan dan mencuci tangan, mengikuti praktik sanitasi yang baik pada ayam, bebek, sapi atau hewan ternak lainnya.
“Jangan menjual hewan yang sakit dan segera laporkan kematian hewan secara tiba-tiba dan masif,” ujarnya.
Pemerintah juga telah memperkuat kontrol di pintu masuk ke negara tersebut untuk meningkatkan kesadaran akan risiko penularan flu burung.
Hal ini terutama berlaku bagi wisatawan dari negara-negara yang telah melaporkan kasus flu burung.
Achmad Farchanny Tri Adriano mengatakan: “Pertama, meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan asing dan dalam negeri yang melaporkan kasus flu burung secara langsung, di pelabuhan, bandara, dan lokasi daratan barat tanah air.”
Kedua, meningkatkan pengawasan dan pengujian terhadap orang yang melakukan perjalanan, terutama di wilayah/negara yang berisiko terkena flu burung dan penyakit serupa influenza (ILI) serta terpapar unggas atau produk unggas, dan mengambil sampel dalam jumlah besar. sesuai pedoman yang berlaku.
Ketiga, Indonesia memperkuat pelaksanaan surveilans ILI di 14 UPT wilayah pengendalian karantina kesehatan dan pengambilan sampel pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) sesuai pedoman terkait. Seorang petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri mengeluarkan limbah biohazard dari pusat isolasi virus Nipah di rumah sakit pemerintah di Kozhikode di negara bagian Kerala, India selatan, pada 16 September 2023. India telah membatasi pertemuan publik dan menutup beberapa sekolah di seluruh negara bagian. Kemudian Kerala di India selatan. Dua orang telah meninggal karena Nipah, kata para pejabat pada 14 September. (Foto AFP) (AFP/-)
Keempat, berkolaborasi dengan dinas kesehatan, laboratorium kesehatan masyarakat, dan rumah sakit rujukan setempat untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengobatan penyakit flu burung pada manusia dengan mengirimkan sampel ke laboratorium kesehatan masyarakat daerah dan laboratorium penelitian nasional, seperti Laboratorium Biologi Kesehatan.
Kelima, jika gejala ILI muncul sesuai pedoman wisatawan, lakukan pengujian dan obati kasusnya.
Keenam, berkomunikasi dan berkoordinasi dengan seluruh departemen di wilayah kerja Pusat Karantina Kesehatan.
Laporan terbaru WHO yang dirilis pada 11 Juni 2024 mengungkapkan bahwa seorang anak yang tinggal di negara bagian Benggala Barat, India, telah terinfeksi virus avian influenza A (H9N2). Anak tersebut sempat melakukan kontak dengan burung tersebut, sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.