TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Social, Economic and Digital Studies (ISED) Ryan Kirianto angkat bicara soal upaya Pertamina menjaga ketahanan energi negara.
Ternyata, kondisi geopolitik yang terus membaik di Timur Tengah bisa terus mendongkrak harga minyak.
Ryan menjelaskan kepada media: “Saya harus sampaikan bahwa negara berada pada posisi yang membutuhkan melalui Pertamina. Dengan demikian, kehadiran negara membantu menstabilkan harga di pasar, sehingga “pertamina juga mampu menjaga keamanan bahan bakar.” Hari ini (28/4/2024).
Menurut Ryan, sikap dan komitmen positif Pertamina menjadi penting, apalagi dalam situasi saat ini.
Karena kondisi geopolitik, pesatnya kenaikan harga minyak dunia memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Hal ini juga dibarengi dengan pelemahan mata uang. Oleh karena itu, Ryan mengatakan pemerintah harus mendukung Pertamina.
“Butuh bantuan). Jika dalam kondisi geopolitik saat ini, Pertamina menaikkan harga BBM, maka dampaknya akan terjadi dimana-mana. Ryan mengatakan ada yang namanya first-stage effect, artinya konsumen bahan bakar akan langsung terpukul karena harga naik lebih cepat.
Dan tidak hanya itu. Sayangnya, kata Ryan, hal ini merupakan dampak dari siklus kedua yang artinya harga komoditas cenderung mengikuti kenaikan harga minyak.
Ujung-ujungnya, ketika harga bahan pokok naik, yang terjadi adalah inflasi, ujarnya.
Faktanya, menaikkan harga barang luar negeri lebih sulit dibandingkan harga dalam negeri. Menurut Ryan, fenomena ini disebut dengan inflasi impor.
Dengan kata lain, kenaikan harga disebabkan oleh tingginya harga barang dari negara lain. “Jadi kita akan dilanda inflasi dua digit, yang akan menjadi faktor utama dalam masalah geopolitik,” jelas Ryan.
Jika demikian, kata Ryan, maka akan menjadi tragedi bagi masyarakat.
“Dengan demikian, Pertamina sebagai BUMN dalam situasi geopolitik, tentunya dari segi waktu, pilihan terbaiknya adalah tidak melakukan penyesuaian harga BBM saat ini dengan tetap menjaga ketahanan energi,” lanjutnya.
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sebenarnya mulai mendongkrak harga minyak global.
Pada Jumat (26/4/2024) misalnya, harga minyak mentah WTI naik 0,39% menjadi $83,90 per barel. Saat ini, Brent naik 0,38% menjadi $89,35 per barel. Selama sepekan, harga minyak WTI menguat 2,04%. Di saat yang sama, harga minyak mentah Brent naik 2,36%
Begitu pula dengan kondisi seperti ini, Pertamina optimistis akan terus menjaga ketahanan energi negara dan menopang perekonomian.
Sebagaimana disampaikan Presiden Pertamina Nikki Vidyawati sebelumnya, Pertamina akan terus memperkuat langkah-langkah mitigasi risiko, antara lain dinamika situasi perekonomian dan pengendalian biaya geopolitik, pemilihan komponen secara optimal, pengelolaan keekonomian, dan ekspansi. Produksi produk berkualitas tinggi dan efisiensi di semua lini produksi.