TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri semen saat ini menghadapi tantangan kelebihan pasokan dibandingkan permintaan pasar.
Indonesia dilaporkan memiliki 16 industri semen terintegrasi dengan kapasitas produksi 120 juta metrik ton per tahun pada tahun 2023.
Sedangkan kebutuhan semen nasional hanya sebesar 66,8 juta ton pada tahun 2023, dan Indonesia akan mengekspor 1,35 juta ton pada tahun yang sama.
Menyikapi hal tersebut, PT Semen Indonesia (SIG) menerapkan strategi dan langkah untuk menangkap dan menciptakan peluang pertumbuhan melalui strategi manajemen pasar dan biaya, diversifikasi produk, optimalisasi jaringan produksi dan distribusi.
Kemudian menerapkan prinsip berkelanjutan dan membangun sinergi serta kemitraan strategis untuk membangun lingkungan bisnis yang berkelanjutan.
Direktur SIG, Donnie Ursel, mengatakan, baru-baru ini SIG telah meluncurkan lini penyediaan solusi bahan konstruksi termasuk produk berbahan dasar semen, semen hijau, produk semen, dan bahan konstruksi untuk mendukung rencana pengembangan IKN hingga tahun 2045.
Menurutnya, selain pengiriman semen ramah lingkungan dan solusi berkelanjutan lainnya, sinergi SIG dan PT Bina Kriya bertujuan untuk memanfaatkan kapasitas dan sumber daya yang ada untuk mendukung pengelolaan rantai pasok sesuai dengan kebutuhan pengembangan IKN.
“SIG sangat siap memenuhi kebutuhan pembangunan dengan konsep berkelanjutan seperti yang akan diterapkan pemerintah di IKN,” kata Dhoni, menulis, Kamis (13 Juni 2024).
Dikatakannya, pada tahun 2045, proyek IKN diharapkan dapat menjadi motor penggerak pengembangan penyerapan keterampilan industri dengan kebutuhan material konstruksi yang berbeda-beda seperti semen, beton, agregat, dan pasir.
“Selain mampu memenuhi beragam kebutuhan material konstruksi, SIG juga secara khusus mengatasi kondisi tanah lunak agar penggunaan semen menjadi lebih efisien melalui stabilisasi tanah, yang mana SIG dan salah satu capaian kerjasama mitra strategis, Taiheiyo Cement Corporation (TCC) untuk pengembangan solusi berkelanjutan,” jelasnya.