TRIBUNNEWS.COM – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menangguhkan jatah makanan kepada jutaan pengungsi yang tinggal di kota Rafah di Gaza selatan.
UNRWA memberlakukan penangguhan tersebut setelah stok makanan di markas besarnya menyusut akibat blokade terhadap warga sipil Israel.
Selain itu, Israel baru-baru ini membakar gedung markas UNRWA, yang digunakan untuk menyimpan makanan bagi warga Gaza.
Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini, namun bagian luar bangunan mengalami kerusakan cukup parah.
Rentetan peristiwa ini membuat UNRWA berhenti menyalurkan bantuan kepada pengungsi Palestina.
“Distribusi makanan di Rafah saat ini ditangguhkan karena kekurangan pasokan dan ketidakamanan,” kata UNRWA dalam sebuah postingan di platform media sosial X. Pusat Krisis Kesehatan UNRWA.
UNRWA melaporkan bahwa selain krisis pangan, negara tersebut saat ini menghadapi kekurangan obat-obatan dan peralatan medis.
Dalam keterangan tertulis yang dikutip Al Arabiya, UNRWA menyebutkan hanya tujuh dari 24 pusat kesehatan UNRWA yang beroperasi.
Pasalnya, penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom ditutup atau terganggu selama 10 hari terakhir sehingga pasokan medis tidak dapat diterima.
Situasi kemanusiaan di wilayah yang terkepung digambarkan semakin memburuk sejak Israel mengambil kendali dan menutup perbatasan Rafah dengan Mesir dari pihak Palestina awal bulan ini.
Ini bukan pertama kalinya pemukim Israel mencoba menghentikan pasokan bantuan ke Gaza.
Pekan lalu, warga Israel memblokir jalan di dekat desa Mitzpe Ramon, menghalangi truk bantuan mencapai daerah tersebut dan meletakkan batu di jalan untuk memblokir lalu lintas.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan aksi brutal warga sipil Israel yang menghalangi truk bantuan dari Yordania memasuki pos pemeriksaan Tarqumiya, sebelah barat Hebron.
Warga Israel terlihat menghalangi truk, dan mereka juga masuk ke dalam kendaraan dan mulai membuang tumpukan bantuan di jalan.
Tak lama kemudian, mereka mulai menginjak-injak berbagai bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza. Korban tewas di Jalur Gaza
Serangan Israel secara serentak di wilayah selatan dan utara Gaza pada bulan ini tidak hanya memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka, namun juga menyebabkan 2,3 juta orang di Gaza berisiko kelaparan.
Sementara itu, 380.000 orang menghadapi ancaman kekurangan pangan yang parah.
Menurut Kementerian Kesehatan Jalur Gaza, setidaknya 35.709 orang telah tewas dalam perang tujuh bulan antara militan Israel dan Palestina.
Jumlah korban tewas meningkat menjadi 62 dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan.
(Tribunnews.com/Namira Junia)