TRIBUNNEWS.COM – Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) belakangan ini berusaha menabuh genderang perang untuk mengeluarkan Israel dari keanggotaan FIFA.
Presiden PFA Jibril Rajoub berada di garis depan kampanye untuk mengeluarkan Israel dari FIFA.
Alasan PFA meminta FIFA mengusir Israel adalah karena perang kemanusiaan yang masih berlangsung antara kedua negara.
Lebih lanjut, PFA menilai Israel telah melakukan pelanggaran kemanusiaan yang serius dan posisinya tampak tegas.
Khususnya di dunia sepak bola, Israel terus aktif di semua kompetisi segala usia. Seorang pengunjuk rasa menyalakan bom asap dan dua orang lainnya memegang spanduk bertuliskan: “Solidaritas” dalam bahasa Prancis selama unjuk rasa pro-Palestina di halaman Institut Ilmu Politik (PoScience) di Lyon, Prancis tengah, pada 30 April. Dengan Palestina.”2024 – Mahasiswa Institut Ilmu Pengetahuan Paris melancarkan protes di banyak universitas ternama di AS, beberapa di antaranya marah karena perang Israel-Hamas dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza Palestina yang terkepung. (Foto oleh OLIVIER CHASSIGNOLE/AFP) (AFP/OLIVIER CHASSIGNOLE)
Mengingat hal tersebut, PFA menuntut FIFA menghukum Israel dengan keras atas skorsing Rusia.
Menurut BBC, “Seberapa besar penderitaan yang harus ditanggung oleh sepak bola Palestina di masa depan?”
“Apakah FIFA menganggap beberapa perang lebih penting dibandingkan perang lainnya dan beberapa korban lebih penting?”
“Tentu saja, saya menyerukan FIFA untuk mengambil tempat yang selayaknya dalam sejarah. Jelas bahwa penderitaan jutaan orang, termasuk ribuan pesepakbola, harus diperlakukan sama.”
“Kalau tidak sekarang, kapan lagi, Presiden FIFA, keputusan ada di tangan Anda,” tegasnya.
Menyusul usulan PFA, FIFA akan menjadwalkan pertemuan mendesak dalam waktu dekat.
Hal ini mencakup penilaian hukum awal sebelum keputusan akhir dibuat.
Presiden FIFA, Gianni Infantino sendiri, mengatakan permasalahan tersebut akan dibahas pada kongres luar biasa yang akan digelar akhir Juli tahun depan.
Infantino menegaskan keputusan akhir FIFA tidak akan tersandera kepentingan politik. Presiden FIFA Gianni Infantino (kiri) berbicara di samping Presiden Conmebol Paraguay Alejandro Dominguez (bingkai luar) selama konferensi pers di markas Conmebol di Luque, Paraguay pada 30 Maret 2023. (Norberto Duarte/AFP)
“Sepak bola tidak boleh menjadi sandera politik, instrumen perdamaian,” tegas Infantino.
“Sepak bola adalah kekuatan harapan dan kepositifan yang menyatukan masyarakat, bukan memecah belahnya.”
“Untuk memberikan penilaian hukum atas hal ini, kedua asosiasi anggota tentu membutuhkan pendapat dan argumentasi.”
Selanjutnya hasil analisis akan diusulkan dan diteruskan ke Dewan FIFA.
Reaksi Infantino sepertinya unik dari FIFA setelah mendengar pendapat anggota FIFA.
Isu dikeluarkannya Israel dari FIFA diperkirakan akan tetap menjadi agenda parlemen luar biasa bulan depan.
Yang menarik dalam isu ini adalah posisi Israel untuk bersaing di sepak bola putra di Olimpiade Paris 2024.
Jelas terlihat bahwa para pemain sepak bola Israel lolos ke Olimpiade Paris Juli mendatang.
Israel akan bergabung dengan Jepang, Paraguay, dan Mali di Grup D Olimpiade Paris 2024.
Situasi memburuk ketika pengusiran Israel dari FIFA terungkap hanya beberapa bulan sebelum Olimpiade.
Hal ini terutama berlaku untuk sepak bola Israel yang sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade Paris 2024.
Jika Israel dikeluarkan dari FIFA, otomatis akan didiskualifikasi dari berbagai kompetisi.
Olimpiade di Paris dua bulan kemudian juga akan mencakup sepak bola putra.
Mungkin pantas untuk ditunggu, tapi bagaimana kelanjutan isu yang sedang berlangsung di FIFA mengenai keanggotaan Israel?
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)