TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan cakupan calon pasangan usia subur yang menjalani pemeriksaan kesehatan masih jauh dari target.
Presiden BKKBN dr Hasto Vardoyo mengatakan, kondisi tersebut perlu dibenahi dan mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan calon pengantin (KATIN) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencegah munculnya dwarfisme baru.
Berdasarkan hasil asesmen tahun 2023, indikator pencapaian cakupan calon pasangan usia subur yang mendapat pemeriksaan kesehatan dalam layanan perkawinan hanya 39,7 persen dari target 80 persen, kata Hasto dalam artikelnya. Pernyataan tersebut diperoleh surat kabar Tribune, Senin (4/1/2024).
Lebih lanjut ia menjelaskan, keberhasilan membantu calon pengantin atau calon suami dalam usia subur sangat penting dalam menurunkan angka penipuan.
Ditambahkannya, “Untuk menurunkan angka stunting, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting. Dimulai tiga bulan sebelum hamil atau sebelum menikah.”
Menurut dr Hasto, untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, tiga bulan dianggap sudah mampu menjalani kehamilan sehat dan melahirkan anak sehat bebas risiko stunting.
Hasto, ahli gizi Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada (UGM), Anselma Ray Sari Pranasti, SGZ, RD, mengatakan rantai stunting harus diputus dengan fokus pada asupan gizi sejak remaja.
Dia menambahkan: “Jika seorang remaja mengalami kekurangan gizi dan anemia dan kemudian menjadi seorang ibu, dia berisiko mengalami kekurangan gizi dan anemia, dan kemungkinan besar akan melahirkan anak yang menderita kekurangan gizi dan anemia.”
Jika tidak, siklus hidup ini akan menjadi lingkaran setan yang terus berlanjut tanpa henti. Ia juga melanjutkan menjelaskan mengapa pendidikan gizi dan dukungan keluarga dimulai dari Katyn.
“Karena kami berupaya memutus mata rantai setelah menjadi kucing, agar remaja yang menderita gizi buruk dan anemia tidak melahirkan anak yang stunting,” ujarnya sambil menyarankan kucing untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi sesuai dengan “Phil My Plate. yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. ‘Pedoman.
Ia menambahkan: “Misalnya, jangan sering makan bayam, melainkan makan hidangan telur. Cara termudah untuk menemukannya adalah dengan makan cukup, dan biasanya mengonsumsi setidaknya tiga warna berbeda setiap hari.”
Misalnya sayuran berwarna hijau dan oranye (bayam, wortel). Lalu pisang, sayur berwarna merah, dan buah berwarna kuning seperti tomat.
“Jadi, secara umum buah dan sayur yang berbeda warna mengandung nutrisi yang berbeda-beda. Jadi bisa saling melengkapi,” pungkas Anselma.