Israel Salah Perhitungan, Ternyata Sempat Kirim Pesan Lewat Mesir buat Cegah Iran Balas Dendam

TRIBUNNEWS.COM – Komandan Angkatan Udara Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh, mengumumkan bahwa Israel mengirimkan pesan melalui Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri.

Tujuan dari pesan ini adalah agar Iran membalas dendam atas serangan Israel terhadap Kedutaan Besar Iran di Suriah pada April lalu.

Namun Iran tetap membalas serangan Israel dengan menembakkan banyak rudal dan drone ke Israel.

Serangan balik tersebut digambarkan oleh Iran sebagai Operasi Janji Sejati. Dalam pertemuan di kota Qom, Hajizade mengatakan operasi ini merupakan akibat dari tindakan kriminal rezim Israel.

“Jika tujuan Israel adalah membunuh komandan militer Iran, Israel bisa saja melakukannya di luar kedutaan Iran di Suriah. Menurut laporan Tasnim News, Hajizadeh mengatakan, “Tujuan Israel adalah mencapai kemenangan strategis untuk mengimbangi kekalahan pada 7 Oktober.”

Tanggal 7 Oktober yang dibicarakan Hajizade adalah hari Hamas menyerang Israel dengan Operasi Banjir Al-Aqsa. Rekaman video yang diambil pada 14 April 2024 oleh AFPTV menunjukkan ledakan menerangi cakrawala Yerusalem selama serangan Iran terhadap Israel.  (AFPTV/AFP)

Ia mengatakan keberhasilan strategis ini mempunyai dampak regional. Dia mengatakan tindakan Israel terhadap Iran salah.

“Mereka salah perhitungan karena mengira Iran tidak akan membalas, melainkan menunggu kekuatan perlawanan untuk bertindak.”

Menurut Hajizadeh, Israel telah menyiapkan 221 pesawat tempur untuk melawan serangan Iran.

Dia mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah SEED Ali Khamenei menekankan bahwa Operasi Janji Sejati harus “berharga”.

Panglima Angkatan Udara mengumumkan bahwa operasi tersebut merupakan serangan rudal dan drone terbesar di dunia saat itu.

Hajizadeh mengatakan: “Untuk menerobos Iron Dome (sistem pertahanan Israel), dibutuhkan banyak rudal dan drone.

“Operasi Chek Soz adalah hukuman besar dan terbatas yang menghancurkan dua basis operasional dan intelijen terkait dengan pembunuhan komandan Iran di Suriah.”  

Ia berpendapat bahwa kegagalan sistem pertahanan Israel bisa disamakan dengan kehancurannya.

Kini semangat poros perlawanan menjadi kuat dan sejarah wilayah ini terpecah sebelum dan sesudah Operasi Soza Rast.

Menurutnya, tentara Iran hanya mengerahkan 20 persen pasukannya dalam operasi ini.

“Sistem pertahanan rudal Israel tidak diserang karena letaknya dekat dengan kota-kota besar, dan jika perang dengan Israel terus berlanjut, tidak akan lama lagi Israel akan hancur.” Israel kehilangan banyak hal dalam semalam

Serangan Iran terhadap Israel pada Minggu (14/4/2024) dini hari menimbulkan kerugian besar bagi Israel.

Brigadir Jenderal Reem Aminoach, mantan penasihat keuangan Israel Defense Forces (IDF), mengatakan kerugian mencapai 4-5 miliar shekel atau sekitar Rp17,2-21,5 triliun.

“Jika kita berbicara tentang rudal balistik yang harus ditembak jatuh oleh sistem Arrow, rudal jelajah yang harus ditembak jatuh oleh rudal lain, dan drone yang benar-benar ditembak jatuh oleh pesawat terbang, maka biayanya akan meningkat.” Aminoach berkata pada Yedioth Ahronoth.

“$3,5 untuk rudal Arrow, $1 miliar untuk rudal David’s Sling, ini dan itu untuk pesawat. 4-5 miliar syikal”.

Aminoach juga mengumumkan keputusan pemerintah Israel untuk menunda pesanan jet tempur baru dari Amerika Serikat.

“Penangguhan pesanan pesawat dari Amerika Serikat menggunakan dana Amerika dalam bentuk dana bantuan dan kita bicara pesawat tidak perlu ditambah untuk menambah pesawat yang sudah ada, tapi hanya menggantikan pesawat yang sudah ada,” ujarnya.

Sementara itu, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan sekitar 350 rudal dan drone ditembakkan dari Iran menuju Israel.

Hagari mengklaim bahwa sebagian besar roket dan pesawat dapat dihalau oleh Israel.

Dia juga mengatakan rudal dan drone diluncurkan dari Lebanon, Irak dan Yaman.

(Tribunnews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *