Tim penyelamat masih mencari puluhan orang yang hilang akibat banjir di Sumbar. Pencarian masih berlangsung. Hingga Kamis (16/5) pagi, korban meninggal dunia mencapai 67 orang.
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan jumlah korban tewas bertambah setelah tim SAR gabungan berhasil menemukan beberapa orang yang sebelumnya hilang.
Di sisi lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menggalakkan percepatan perbaikan beberapa jalan dan jembatan nasional yang “putus dan rusak”.
Jalan Akses Simpang dan 19 jembatan rusak di Kota Padang Panchang sedang diperbaiki.
Untuk mengatasi gangguan tersebut, bantuan logistik untuk warga terdampak bencana telah diterbangkan, khususnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar, kata Badan Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) menyebutkan ratusan warga terdampak banjir di tiga wilayah Sumbar telah dipindahkan ke beberapa posko pengungsian.
Banjir terjadi di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panchang.
Sebelumnya, Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang melaporkan, korban jiwa akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi dan banjir bandang di tiga wilayah Provinsi Sumbar mencapai 59 orang hingga Rabu (15/05) pukul 13.00 WIB. .
Rinciannya, korban meninggal dunia berasal dari Kabupaten Agam sebanyak 23 orang; 27 di Kabupaten Tanah Datar; Dua korban berasal dari Kota Padang Panchang; Begitu pula dua orang di Patang. Dari jumlah itu, Bazarnas melaporkan lima korban belum diketahui identitasnya sehingga total meninggal dunia menjadi 59 orang.
Hingga saat ini tim pencari terus mencari lokasi warga yang hilang tersebut, kata Kepala SAR Kota Padang Abdul Malik.
Abdul menjelaskan, pencarian korban hilang yang diduga terseret banjir bandang tersebut dilakukan mulai dari Kota Padang Panchang hingga ke Sungai Batang Anai. Berapa banyak rumah yang hancur akibat banjir?
Sebanyak 193 rumah warga di Kabupaten Agam rusak akibat banjir ini.
Sementara di Tanah Datar, 84 rumah dilaporkan rusak ringan dan berat.
Banyak infrastruktur seperti jembatan, tempat ibadah juga rusak. Lalu lintas dari Kabupaten Tanah Datar menuju Padang dan Solok dilaporkan terhenti total.
Tim Basarnas, TNI, Polri dan unsur terkait lainnya masih berupaya melakukan penanganan darurat, pendataan, dan pemberian bantuan kepada warga terdampak, kata Abdul. Kerusakan lingkungan
Para pemerhati lingkungan sebelumnya berpendapat bahwa bencana tersebut disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembangunan yang serampangan.
Untuk Kabupaten Agam, hujan lebat meluapkan air sungai yang berasal dari Gunung Marapi dan menciptakan sungai dengan “jalur baru” yang membawa “batu-batu besar” dari gunung berapi teraktif di Sumatera itu ke pemukiman di sekitarnya.
Karena hujannya deras, makanya dibuat jalur khusus, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Budi Perwira Negara.
Banjir ini disusul dengan batu-batu besar dari Gunung Marapi.
Selain korban meninggal, Budi mengatakan, 16 orang lainnya berasal dari Kecamatan Kanduang, Kecamatan Sungai Pua, dan Kecamatan IV Koto di Kabupaten Agam mengalami luka-luka.
Sedikitnya 110 rumah warga, tempat usaha, dan satu sekolah di tiga kecamatan terendam, sementara tiga rumah disebut “hancur”.
Budi mengatakan, tragedi tersebut merupakan tragedi terparah yang menimpa Kabupaten Agam selama 150 tahun terakhir.
Kabupaten Agam resmi mendapat status tanggap darurat periode 12-25 Mei.
Longsor juga terjadi di Kabupaten Agam di Desa Malalak Timur akibat hujan deras.
Menurut Budi, jalan sepanjang 12 meter dan tinggi 3-4 meter itu tertutup longsor.
Sementara itu, banjir melanda lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar: Kecamatan X Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Paringan, Kecamatan Lima Koum, dan Kecamatan Sungai Tarab.
Sedikitnya 25 KK, 24 rumah, dan 12 jembatan terdampak berdasarkan data terkini BPBD Kabupaten Tanah Datar.
Ermon Revlin, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tanah Datar, mengatakan banjir di wilayahnya disebabkan oleh kombinasi aliran lahar dingin Gunung Marapi dan banjir bandang akibat naiknya permukaan sungai.
“Kalau dilihat sungai-sungainya, ada yang mengalirkan lahar dingin, ada pula yang tidak,” kata Ermon.
“Ada banjir lahar dingin di Rangat, lalu di Pandai Cikek. Air di sungai itu lebih tinggi. Karena sungai yang lebih tinggi itu bukan di Gunung Marapi, melainkan di Pandai Cikek.”
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan banjir telah menimbulkan endapan lumpur hingga “anak sapi dewasa”.
Oleh karena itu, selain operasi pencarian dan penyelamatan, tim gabungan juga berupaya membersihkan jalan Batusankar-Padang Panchang yang tertimbun lumpur hari ini, kata Abdul, Minggu (12/5).
Sebaliknya banjir terjadi di Kecamatan Padang Panchang Barat dan Kecamatan Padang Panchang Timur di Kota Padang Panchang.
Dua rumah di sepanjang bantaran Sungai Sangkhua dikabarkan “hanyut”, sedangkan tiga orang “hilang terbawa arus” di kota Padang Panchang.
Salah satu dari ketiganya ditemukan dan diselamatkan. Apa itu Sertifikat Penduduk?
Berliana Reszika yang tinggal di Jorong Galuang, Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, tiba-tiba dibangunkan oleh ibunya pada Sabtu malam (11/5).
“Itu galodo,” kata ibunya, menggunakan kata Minang untuk banjir.
Hujan sejak magrib membanjiri rumah-rumah di Jorong Galuang.
Rumah Nana – sapaan akrab Berliana – terletak di dataran yang cukup tinggi sehingga terlindung dari banjir.
Namun masyarakat yang tinggal di dataran rendah terkena dampak langsung.
Penghuni yang rumahnya berlantai dua digeser ke lantai dua. Yang lain mencoba lari ke tempat yang lebih tinggi. Namun ada pula yang hanyut terbawa banjir.
Lewat tengah malam, Nana memutuskan untuk keluar rumah.
Sehari-harinya, ia menjadi staf pelayanan kesehatan di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bukittinggi. Untuk itu, ia mengimbau warga dataran rendah untuk berkunjung dan “membantu”.
“Awalnya pas mau datang, saya takut airnya besar,” kata Nana, 23 tahun.
“Tetapi karena ini adalah desamu sendiri, wilayahmu sendiri, mari kita berinisiatif.”
Sesampainya di sana, kami menyadari bahwa banjir sudah surut.
Nana kemudian berkoordinasi dengan pejabat setempat. Tidak lama kemudian, seorang kenalan melihatnya dan langsung berteriak: “Nana! Tolong!”
Ada dua wanita berusia 20-an yang terluka akibat banjir. Mereka dimasukkan ke dalam ambulans dan Nana mengikuti.
Ambulans membawa mereka ke RSUD Dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi. Di tengah perjalanan, Nana berusaha membersihkan luka kedua wanita tersebut dan memberikan pertolongan pertama kepada mereka.
“Ada lecet, telinga robek,” kata Nana.
Sepulang dari rumah sakit, Nana memberikan pertolongan pertama kepada warga hingga pukul 4 pagi. Setelah itu dia pulang dan beristirahat.
Dia kembali ke lokasi sekitar pukul 19.30. Setelah berkoordinasi dengan tim SAR, ia membantu membuka posko bencana.
Sejumlah warga yang dipulangkan dari rumah sakit dengan luka ringan kemudian dirawat di kantor pos.
Nana kemudian mendengarkan cerita warga dan merawatnya.
“Ada yang menangis, histeris, karena masih ada keluarga yang belum ditemui. Ada yang ditemukan meninggal,” kata Nana.
Hingga Minggu sore (12/5), tercatat 10 warga Jorong Galuang meninggal dunia akibat bencana ini. Banjir terus terjadi
Selama enam bulan terakhir, beberapa kawasan di sekitar Gunung Marapi di Sumatera Barat berulang kali dilanda banjir dan aliran lahar.
Pada 5 Desember 2023, dua hari setelah Gunung Marapi meletus dan menewaskan 24 orang, banjir dan lahar melanda beberapa wilayah di Kabupaten Tanah Datar.
Pada hari itu, batuan lahar jatuh menimpa sumber air panas di Nagari Paringan, gereja di Nagari Batubasa dan rumah warga, serta jembatan di Nagari Baring rusak.
Pada tanggal 23 Februari 2024 terjadi banjir di Kabupaten Tanah Datar dan Nagari Barulak.
27 rumah, dua ruang pooja, lima jembatan dan sepuluh hektar lahan pertanian hancur.
Pada tanggal 5 April 2024, dua hari setelah letusan Gunung Marapi yang mengeluarkan abu vulkanik setinggi 1,5 km, banjir lahar dingin melanda beberapa wilayah di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datur.
Akibatnya, 61 rumah, 38 tempat usaha, dan 16,5 hektare sawah di Kabupaten Agam hancur. Jalan Padang-Bukitinggi di Kabupaten Tanah Datar ditutup total karena air sungai dan material lainnya meluap di bawah jalan yang ditutup tersebut. ‘Panen yang buruk karena akumulasi krisis’
Venki Purwanto, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumbar, mengatakan apa yang terjadi di Sumbar saat ini merupakan bencana lingkungan yang disebabkan oleh “sistem pengelolaan alam yang salah”.
Banjir bandang dan lahar terus terjadi dan semakin meningkat intensitasnya akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembangunan yang tidak berbasis mitigasi bencana, kata Venky.
Contohnya adalah penebangan dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinchi Zeblat (TNKS), serta penambangan emas di kawasan penyangga TNKS.
“Itu sudah terjadi tahun demi tahun,” kata Venky.
“Oleh karena itu, bencana berulang setiap tahun. Bahkan, semakin sering terjadi dalam setahun, dan jarak antara satu bencana dengan bencana berikutnya semakin dekat.”
Berdasarkan observasi dan analisis citra satelit pada Agustus-Oktober 2023, ditemukan tanda-tanda pembalakan liar di kawasan Nagari Padang Air Winter seluas 50 hektar di Walhi Sumatera Barat, Kabupaten Solok Selatan. 16 hektar di Nagari Sindang Lunang Kabupaten Pesisir Selatan.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yoserwardi juga mengakui telah terjadi pembalakan liar di dua kabupaten.
Sepanjang tahun 2023, kata dia, pihaknya telah menindak pelaku pembalakan liar dan menjeratnya.
Jika kami tidak ingin melarangnya, kami akan mengubah undang-undangnya,” kata Yosarvardi.
Di sisi lain, hasil kajian yang dilakukan Auriga Nusantara bekerja sama dengan beberapa LSM lingkungan seperti Walhi dan Greenpeace menunjukkan bahwa sebaran kelapa sawit di lanskap Seblat meningkat dari 2.657 hektar menjadi 9.884 hektar pada tahun 2000. 2020. .
Bentang alam Seblat merupakan gabungan dari beberapa kawasan hutan antara lain TNKS, Taman Wisata Alam Seblat, hutan produksi terbatas Air Ipu I, Air Ipu II, Lebong Candies, Air Rami dan hutan produksi tetap Air Teramang. .
Selain itu, Venki di Walhi juga menyoroti pembangunan ilegal di Anai Tal di Kabupaten Tanah Datar.
Hingga saat ini Lembah Anai menjadi destinasi wisata yang sering dikunjungi warga sekitar. Disana terdapat kafe, kamar mandi dan gereja besar. Sebuah hotel harus dibangun.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berencana memproduksi “Plaza” di kawasan Lembah.
Lembah Anai telah dilindungi sebagai hutan lindung dan pusat perlindungan alam. Biarlah daerah itu benar-benar terkena bencana, dan daerah ini malah dilanda banjir atau gempa bumi.
Banjir besar yang terjadi pada Sabtu (12/5) hanya berdampak sampai disitu saja. Masjid akhirnya hanya tersisa.
Dewan Sumber Daya Air telah merekomendasikan rekomendasi untuk memulihkan kawasan tersebut. Ini bukan.
“Yah, semuanya akan benar-benar mengalir pada tahun 2024?”
Karena eksploitasi dan pengembangan sumber daya alam yang berbahaya, Venki mengatakan kumpulan keadaan lingkungan, kelemahan lingkungan hidup, Gunung Marapi.
“Krisis ini semakin meningkat setiap tahunnya. Ketika dilihat intensitas hujannya, intensitas hujannya padat, dan terakhir alamiah,” kata Vunki.
“Hal ini tidak bisa dihindari, karena tidak akan pernah selesai dengan menuduh Anda mengakomodir krisis lingkungan ini.
Jurnalis Halbert dari Sumatera Barat turut andil dalam pemberitaan di Sumatera Barat ini.