TRIBUNNEWS.COM – Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), meminta Israel tidak meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah di Lebanon selatan.
Amerika Serikat meminta Israel menghindari perang baru melawan Hizbullah setelah perjanjian gencatan senjata dengan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Jalur Gaza gagal tercapai.
Amerika Serikat sebelumnya telah menyatakan keprihatinannya atas laporan bahwa pejabat militer Israel menyerang Hizbullah, sehingga memicu ketegangan di Lebanon selatan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan pada konferensi pers: “Kami tidak mendukung perang skala penuh dengan Hizbullah, dan kami khawatir dengan eskalasi konflik yang telah kami coba kendalikan sejak 7 Oktober.” Selasa (4/6/2024) malam.
“Dalam hal gencatan senjata di Gaza, tidak ada seorang pun yang menginginkan suasana konflik di tingkat regional, karena konflik antara Israel dan Lebanon tidak dapat diselesaikan melalui konflik, mengingat konflik tersebut akan semakin intensif seiring berjalannya waktu.”
Menurutnya, permusuhan antara Israel dan Hamas harus diselesaikan melalui diplomasi.
“Masalah harus diselesaikan melalui diplomasi,” katanya seperti dikutip Al Jazeera.
Pernyataan AS muncul setelah panglima pasukan pendudukan Israel Herzi Halevi mengancam Hizbullah dengan persiapan Israel untuk menyerang posisi Hizbullah di Lebanon.
“Kita sudah mencapai titik di mana kita harus mengambil keputusan, dan tentara Israel sangat siap dengan keputusan itu,” kata Herzi Halevi, Selasa (4/6/2024).
Sebelumnya, Hizbullah melancarkan serangan roket ke Israel utara pada Minggu (2/6/2024) dan Senin (3/6/2024).
Serangan itu menyebabkan lebih dari 16 kebakaran, dan Israel mengerahkan 16 pemadam kebakaran untuk memadamkannya. Korban tewas
Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina telah melampaui 36.550 orang, sejak Sabtu (10/7/2023) hingga Selasa (4/6/2024), 82.149 orang di Israel terluka, dan 1.177 orang tewas, menurut ke Anadolu.
Israel mulai membombardir Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023), ketika gerakan perlawanan Palestina Hamas mulai membanjiri Al-Qasa untuk memprotes pendudukan dan kekerasan Israel.
Israel memperkirakan pada akhir November 2023, sekitar 136 orang tewas atau hidup di Jalur Gaza setelah 240 tahanan Palestina ditangkap oleh Hamas.
Menurut “The Guardian” yang diterbitkan pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel