TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel menarik diri dari kamp Jabaliya di Gaza utara pada Jumat (31/5/2024) setelah dua puluh hari dibombardir.
Jabaliya adalah kamp pengungsi terbesar di Gaza, menampung lebih dari 100.000 orang, The New Arab melaporkan.
Pasukan Israel mengatakan mereka telah menyelesaikan misi mereka di sini dan sedang mempersiapkan target baru.
Kamp Jabaliya kini hancur.
70 persen kamp telah rusak, termasuk fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit.
Menurut Palang Merah Palestina, beberapa mayat juga ditemukan di kamp dan sekitar Beit Lahia.
Organisasi tersebut mengatakan timnya menghadapi kesulitan dalam mengeluarkan jenazah dari reruntuhan karena kurangnya peralatan.
Pemulihan yang tertunda meningkatkan risiko penyakit dan epidemi di Gaza utara. Kondisi kamp Jabaliya, 31 Mei 2024, hampir tiga minggu setelah bombardir Israel (Enas Rami/Middle East Eye)
Warga Palestina terpaksa menggali reruntuhan untuk menemukan harta benda dan orang-orang yang mereka cintai.
Di Gaza selatan, pasukan Israel terus membombardir Rafah, tempat ratusan ribu warga Palestina mengungsi dan kini tidak punya tempat lain untuk melarikan diri.
Para pemimpin dunia menyatakan kemarahannya atas serangan Israel pada tanggal 26 Mei terhadap kamp-kamp pengungsi, yang menewaskan 45 warga sipil, meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan “penghentian segera” invasi tersebut.
Sejak 7 Oktober, lebih dari 36.200 warga Palestina tewas di Gaza, sementara sedikitnya 81.800 orang terluka.
Setidaknya 10.000 orang hilang atau terkubur di bawah reruntuhan. Pembaruan perang Israel-Hamas
Sementara itu, berikut perkembangan lainnya terkait konflik Gaza seperti dikutip dari Aljazeera.
– Antara Rabu (29/5/2024) hingga Jumat sore, 113 warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza.
Sebanyak 637 orang lainnya terluka, menurut angka terbaru PBB.
– Presiden Joe Biden mengatakan dia telah menolak permintaan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin Israel.
Biden mengatakan perang Israel di Gaza “bukan genosida”.
– Komentar Biden muncul setelah dia mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui proposal tiga fase yang akan mengarah pada gencatan senjata “abadi” di Jalur Gaza.
– Sebagai bagian dari kampanye untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada rakyat Palestina, PBB menargetkan pengungsi Palestina. Duta Besar Palestina untuk PBB mengatakan kepada PBB bahwa Israel terus menyerang badan tersebut (UNRWA). Dia menulis surat kepada Presiden Dewan Keamanan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)