PM Malaysia Anwar Ibrahim Tanggapi Pertemuannya dengan Pemimpin Hamas yang Dikritik Sejumlah Negara

Israel dan Amerika Serikat mengkritik pertemuan tersebut karena dianggap memperburuk situasi di Gaza dan membahayakan perdamaian dunia.

Diberitakan Tribunnews kepada Astro Awani, Anwar Ibrahim pun membeberkan apa yang dilakukannya saat bertemu dengan Ismail Haniyeh pekan lalu.

Anwar mengatakan agenda utama pertemuannya saat itu adalah meyakinkan Hamas untuk mencari solusi damai yang menerima semua pihak.

Hal ini harus dilakukan karena, menurut Anwar, krisis kemanusiaan di Gaza sudah mencapai titik kritis.

Anwar juga mengatakan, dirinya sudah mengenal pemimpin Hamas selama bertahun-tahun, dan tidak ada alasan pertemuan mereka.

Anwar mengatakan, “Saya meminta mereka menghormati keputusan negara tetangga selain upaya menjamin perdamaian, pertukaran tahanan, dan menerima “masalah dua negara”.

“Apakah ini sebuah kejahatan? Apakah saya menganjurkan kekerasan? Tentu saja tidak.” Penjelasan Anwar ditujukan kepada negara-negara yang mengkritiknya.

“Saya bertemu langsung dengan para pemimpin Hamas, karena saya punya kelebihan (dibandingkan Israel dan Amerika). Apa kelebihan saya dengan mereka? Saya kenal mereka dan mereka menganggap saya sebagai teman.”

Anwar Ibrahim juga meminta semua pihak tidak melihat lagi serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 yang berujung aksi militer.

Ia meminta semua pihak melihat lebih jauh sejarah panjang Israel menindas Palestina sejak lama.

“Bisakah kita menghilangkan kekejaman besar ini hari ini? Tentu kita bisa melanjutkan apa yang terjadi pada 7 Oktober (Hamas menyerang Israel), tapi kita tidak boleh melupakan kisah Nakba tahun tujuh puluhan tahun 1948,” ujarnya.

Oleh karena itu, Anwar meminta kedua pihak yang berkonflik yakni Palestina dan Israel untuk tenang dan mengendalikan diri, agar bisa mencapai kesepakatan gencatan senjata secepatnya.

Anwar menekankan: “Yang terpenting saat ini adalah menghentikan pembunuhan, berhenti menembak perempuan dan anak-anak, berhenti menghancurkan rumah sakit, sekolah, masjid, dan gereja.” Mantan panglima tertinggi Israel mengakui bahwa negaranya tidak mungkin berhasil

Sementara itu, mantan Panglima Tentara Zionis Israel Dan Halutz baru-baru ini memberikan pernyataan tegas mengenai pelanggaran yang dilakukan negaranya di Palestina.

Pada Minggu (12/5/2024) Dan mengaku pemerintahannya tidak bisa menyatakan kemenangan sampai mereka bisa menghancurkan segalanya di Jalur Gaza.

Halutz mengatakan, “Banyak tentara Israel yang tewas di Gaza dan bagian utara negara itu dengan sia-sia, karena perang ini tidak memiliki tujuan tertentu.”

Halutz melanjutkan dengan mengatakan bahwa bahkan jika kita berhasil menghancurkan Gaza sepenuhnya, kita tidak akan dapat menunjukkan gambaran kesuksesan, seperti yang disampaikan Tribunnnews kepada kantor berita Palestina Sama.

“Satu-satunya gambaran yang akan tertulis dalam sejarah adalah kami (Israel) gagal setelah (serangan Hamas) 7 Oktober, jadi kami harus berusaha menyelamatkan 132 sandera lainnya di Gaza.”

Aviv Kohavi, mantan panglima tentara rezim Zionis, pun mengamini pernyataan Halutz.

Diakui Aviv, tidak ada cara lain untuk membebaskan seluruh tahanan Hamas kecuali dengan melepaskan perang.

“Kembalinya para ‘sandera’ dari Gaza setara dengan berakhirnya perang,” katanya.

Mantan Perdana Menteri negara itu, Ehud Olmert, sebelumnya mengatakan kepada media Arab bahwa serangan tentara akan berujung pada pembebasan tawanan.

Selain itu, pihaknya juga terus memantau pemerintahan Benjamin Netanyahu yang dalam pandangannya bersikukuh untuk melanjutkan serangan terhadap Palestina.

Olmert berkata: “Kami akan mencoba membuat kabinet Benjamin Netanyahu mengambil langkah-langkah yang tidak sejalan dengan tujuan sebenarnya Israel.”

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *