Laporan Choirul Arifin, koresponden Tribun
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setiap tahun Juni diperingati sebagai Bulan Peduli Katarak Sedunia. Di Indonesia, mata masih menjadi salah satu penyebab utama kebutaan dan 34,47 persen pasien mata masih dapat melihat.
“Kehilangan mata akibat kanker merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di Indonesia,” kata dr. Rahmat Setiawan, Wakil Direktur Program, Ishq Tolaram Foundation Indonesia baru-baru ini menyelenggarakan layanan operasi katarak gratis di Semarang, Jawa Tengah dan Bangai Lot, Sulawesi Tengah.
Upaya mengembalikan kemampuan mata melihat dapat dilakukan melalui tindakan operasi.
Rahmat Setiawan menjelaskan, dalam operasi katarak gratis ini ia menggunakan metode SICS (bedah katarak sayatan kecil) yang aman, efektif dan hanya membutuhkan waktu singkat.
“Pasien tidak mau ke rumah sakit setelah operasi,” ujarnya.
“Proyek ini merupakan upaya kami untuk memulihkan penglihatan dan kemandirian para lansia. Kami berharap proyek ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka,” ujar Dr. Rahmat Setiawan
Ia mengatakan, tujuan dari proyek ini adalah untuk memerangi kebutaan mata dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Lebih dari 900 pasien katarak di Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah menjalani operasi gratis melalui program ini.
Pada 23-25 Mei 2024, 810 mata dari 700 pasien menjalani operasi katarak di RS Bhakti Wira Tamtama, Semarang, Jawa Tengah.
Kini, mulai Juni 2024, direncanakan 200 penderita penyakit mata akan menjalani operasi katarak di RSUD Bangai Lot, Sulawesi Tengah.
Sukesih (67), salah satu pasien yang berkesempatan menjalani operasi gratis, sudah dua tahun terakhir mengidap penyakit kanker. Awalnya dia bisa membaca dengan baik, namun penglihatannya menjadi kabur dan merah.
“Setelah dioperasi, akhirnya saya bisa ngobrol dengan jelas dengan teman dan kerabat saya. Biasanya orangnya tidak terlihat dan hanya terdengar suaranya saja, meski jaraknya dekat,” kata Sukesih.
Putrivati (62) juga menghadapi masalah yang sama. Karena buta karena penyakit kanker, ia tidak bisa melanjutkan usahanya di rumah sendirian, sehingga ia harus meminta bantuan kepada anak-anaknya.
Tidak hanya rasa sakit yang dideritanya yang berdampak pada penglihatannya, penyakit tersebut juga merusak pikiran Putrivati hingga membuatnya mengalami pendarahan.
Benar kata dokter, badan saya masih sehat, hanya mata saya yang belum bisa melihat dengan baik, ujarnya. Usai operasi mata, Putrivathi merasa lega karena tidak ingin lagi menderita penyakit tersebut.
Program operasi katarak gratis ini dilakukan oleh Yayasan Ishak Tolaram yang fokus pada akses pendidikan dan kesehatan bekerja sama dengan Lantera Mata Indah dan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami).
Program filantropi ini juga terlibat dalam kampanye pertama untuk mendidik masyarakat tentang kesehatan mata melalui penggunaannya.
“Pengguna aplikasi dapat berdonasi secara gratis dengan mendukung kampanye dan menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mata,” ujar Nabila Auliya, Program Sponsorship Management Campaign.