Hamas Desak PBB Segera Hentikan Agresi Israel di Rafah: Pemboman Biadab Zionis Tanpa Pandang Bulu

TRIBUNNEWS.COM – Hamas menyerukan komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan praktis dan segera untuk menghentikan agresi dan invasi Israel ke Rafah.

Hamas mengatakan kematian warga sipil tak berdosa, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan gelombang pengungsian penduduk terus berlanjut akibat intensifnya serangan Israel.

“(Rafah) menjadi sasaran pemboman Zionis yang biadab dan sembarangan, yang merusak rumah dan tenda pengungsi di berbagai wilayah kota,” kata Hamas dalam keterangan resmi, Selasa (28 Mei 2024), dilansir Al Jazeera.

Hamas juga menunjukkan bahwa serangan Israel berdampak pada tim pertahanan sipil dan semua aspek kehidupan.

“Dewan Keamanan PBB wajib memenuhi tanggung jawab hukum dan moralnya dalam menghadapi kegagalan entitas kriminal Zionis untuk mematuhi keputusan Mahkamah Internasional, yang memerintahkan diakhirinya segera agresi mereka terhadap kota tersebut,” jelas Hamas. , memerintahkan Israel. menghentikan serangannya

Menurut AP News, Mahkamah Internasional telah memerintahkan Israel untuk menghentikan serangan militer di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Perintah tersebut berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional di Den Haag yang dikeluarkan pada Jumat (24/05/2024).

Hakim di pengadilan tertinggi PBB memerintahkan Israel menghentikan serangannya terhadap kota Rafah dan meninggalkan daerah kantong tersebut.

Keputusan tersebut didasarkan pada kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida, dengan alasan “risiko serius” terhadap penduduk Palestina.

Keputusan hari Jumat ini menandai ketiga kalinya tahun ini panel beranggotakan 15 hakim mengeluarkan perintah awal dalam upaya mengendalikan jumlah korban tewas dan meringankan penderitaan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Meskipun perintah tersebut memiliki kekuatan hukum, pengadilan tidak memiliki polisi untuk menegakkannya.

Membaca keputusan Mahkamah Internasional, presiden badan tersebut, Nawaf Salam, mengatakan tindakan sementara yang diperintahkan pengadilan pada bulan Maret tidak sepenuhnya menyelesaikan situasi saat ini di wilayah kantong Palestina yang terkepung dan menciptakan kondisi perdamaian.

“Israel harus segera menghentikan serangan militernya dan tindakan lainnya di provinsi Rafah yang dapat mempengaruhi kondisi kehidupan kelompok Palestina di Jalur Gaza dan mengakibatkan kehancuran fisik total atau sebagian,” kata Salam pada Jumat, seperti dilansir Al Jazeera.

Dia meminta Israel untuk segera menghentikan serangan militernya dan tindakan lainnya di provinsi Rafah yang dapat mempengaruhi kondisi kehidupan kelompok Palestina di Jalur Gaza dan menyebabkan kehancuran fisik mereka secara keseluruhan atau sebagian.

Namun, tidak ada mekanisme praktis untuk memaksa Israel mematuhi keputusan pengadilan, yang selain memerintahkan penghentian serangan, juga menyerukan peningkatan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut dan akses ke Gaza bagi penyelidik kejahatan perang.

Israel juga tidak menunjukkan tanda-tanda mengubah arah setelah keputusan hari Jumat itu. Berita tentang perang antara Israel dan Hamas

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 46 orang tewas dan 110 orang terluka di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir periode pelaporan.

Militer Israel terus menembaki kota Rafah di selatan setelah pasukannya menembaki sebuah kamp pengungsi Palestina di zona aman pada Minggu malam, menewaskan 45 orang. Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel di kamp pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (AFP/EYAD BABA)

Pemerintah Spanyol, Irlandia dan Norwegia telah resmi mengakui negara Palestina.

Rumah Sakit Khusus Kuwait, salah satu dari dua rumah sakit yang masih beroperasi di Rafah, ditutup karena serangan Israel.

Setidaknya 36.096 warga Palestina tewas dan 81.136 lainnya luka-luka dalam perang Israel dengan Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Korban tewas Israel akibat serangan Hamas hari itu mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan di Jalur Gaza.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *