TRIBUNNEWS.COM – Ada cerita di balik berdirinya Nasi Via Mbak Laksmi yang berlokasi di Western Food Residence Stadion Manahan Solo.
Sebelum menjual Nasi Livet, pemiliknya Lakshmini (50 tahun) adalah seorang buruh pabrik garmen.
Ia menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabriknya pada tahun 1997.
Lakshmi, begitu ia disapa, lalu memutar otak. Saat itu hobby saya adalah memasak.
Belakangan menjadi warung pinggir jalan yang hanya menjual dua menu, Nasi Livet dan Nasi Gudeg.
Area selatan stadion adalah restoran pertama Lakshmi.
Dilengkapi dengan meja dan tenda, booth Lakshmi berdiri menghadap pagar stadion yang dibangun pada masa Presiden Soeharto.
“Sebelumnya mereka masih menjual barang-barang pinggir jalan yang ditempel di pagar. Pra-penjualan area stadion di sana,” jelasnya sambil menunjuk ke arah timur saat ditemui Tribunnews di Stadion Manahan sisi barat, Minggu (21 April 2024) sore. .
Kisah Lakshmi Kisahnya berawal dari sebuah usaha kuliner khas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kota Solo.
Lakshmi, seorang pekerja pabrik garmen, harus beradaptasi dan berkembang ketika ia di-PHK.
Ia memulai segalanya dari awal di industri kuliner, termasuk memasarkan produknya di kancah kuliner yang kompetitif saat itu.
Dengan tetap mempertahankan resep-resep era Reformasi, Lakshmi tidak lagi berjualan makanan di warung pinggir jalan.
Ia bahkan sempat menduduki jabatan resmi atas izin organisasi terkait.
Bahkan kini memiliki tiga ruangan, satu ruang tengah, dan dua ruang cabang.
“Alhamdulillah ada tiga lapak yang semuanya berkembang dan laris manis,” kata Lakshmi.
Tiga warung nasi livet Lakshmi terletak di sisi barat Stadion Manahan.
Kemudian membuka cabang di Jl Ir Supomo, Mangkubumen dan Jl Garuda Mas di kawasan Kampus UMS, Gonilan. Beradaptasi dengan dunia digital
Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 di Indonesia menjadi titik balik perjalanan bisnis Laxmi, serta bisnis kuliner lainnya di Stadion Manahan.
Pembatasan aktivitas masyarakat tentu menjadi penyesuaian baru.
Saat itu dunia digital juga semakin berkembang dan banyak digunakan, salah satunya adalah aplikasi pemesanan makanan.
Laxmi adalah seorang trader yang tidak membutuhkan latar belakang atau kurangnya pembaruan.
Dia belajar cara mengunduh dan menjalankan aplikasi pemesanan makanan karena banyak pedagang lain yang sudah menggunakannya.
“Iya adaptasi, pelajari aplikasi makanan online, daftar dan operasikan. Saya punya semua aplikasi online (aplikasi pemesanan makanan), Go Food, Grab Food, dan Shoppe Food,” jelasnya. Pelanggan Laksmi di booth Nasi Liwet Mbak Laksmi, sebelah barat Stadion Manahan Solo, Minggu (21 April 2024) (TribunSolo.com/Chrysnha)
Ibu yang memiliki cucu ini mengaku sebagai orang asing demi melamar bisnis makanan untuk keperluan penjualan.
Anak tersebut menjadi tutor pribadi, diajari cara menerima pesanan dan menyajikannya kepada pengemudi online.
Karena memiliki tiga toko yang semuanya menjual makanan secara online, Lakshmi menularkan ilmunya kepada sembilan karyawannya.
Ia berpendapat bahwa membiasakan karyawan dengan layanan dan pembayaran digital sangatlah sulit, sangat mudah.
Lambat laun para pekerja memahami hal itu.
Alhamdulillah semua bisa dan semua transaksi dilakukan secara online. Pendapatannya langsung masuk ke rekening BRI saya, kata perempuan Leo itu.
Menu utama di warung Mbak Laksmi adalah nasi liwet dan gudeg ceker khas Solo.
Lalu, ibu dua anak ini menambahkan ayam tumbuk, ayam krispi, ayam bakar, lele, kakap merah, dan bubur ayam.
“Jadi ada pilihan bagi yang ingin menu selain nasi liwet. Sesuaikan juga menunya dengan budget anak muda,” jelasnya.
Harga menu booth Mbak Laksmi mulai dari Rp 10.000.
Selain menambahkan menu, Lakshmi juga membuat dua akun di setiap aplikasi.
Satu akun digunakan untuk ‘Nasi Liwet dan Gudeg Ceker Mbak Laksmi’, dan akun lainnya untuk ‘Ayam Geprek Mbak Laksmi’.
Lakshmi mengatakan, dirinya memiliki rekening BRI sebagai pusat pengumpulan pendapatan dari ketiga departemennya.
Hal inilah yang kemudian memperkenalkannya pada aplikasi mobile banking bernama BRImo.
Mulai dari kebutuhan deposit saldo pendapatan, transfer, penarikan, hingga saldo tinggi pastinya percaya pada BRImo.
Yang tidak boleh diabaikan adalah pendapatan biasanya berasal dari transaksi Quick Response Code dan mesin EDC BRI Indonesian Standard (QRIS).
Digitalisasi menjadikan QRIS sebagai pilihan pembayaran praktis bagi pembeli masa kini. Infografis – Nasi Liwet Mbak Laksmi Solo (Tribunnews.com)
“Sekarang semuanya pindah ke BRImo, penjualan ke BRImo, isi ulang saldo aplikasi Makanan pakai BRImo, semuanya BRImo,” ujarnya.
“Sekarang semakin banyak pelanggan yang membayar dengan QRIS, nyaman dan praktis. Saya juga tidak repot mengembalikan uang receh,” imbuhnya.
Lakshmi yang sudah hampir 28 tahun menjadi pelaku UMKM ini mengucapkan terima kasih dan terima kasih kepada mitranya, BRI.
Selain membantu dunia digital, BRI juga turut membantu menambah modal baginya sejak pertama kali usahanya didirikan.
Selama ini dia merupakan nasabah pinjaman BRI.
Serayak berharap kerjasamanya dengan BRI terus berkembang untuk usahanya dan UMKM secara keseluruhan. Pedagang BRI
Kepala Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo mengatakan, BRI akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk menyediakan merek dagang dan fasilitas QRIS serta Electronic Data Capture (EDC) bagi seluruh pedagang mulai tahun 2021.
“Termasuk Shelter Manahan sebagai wujud kemitraan kami dengan Jasa Komersial,” jelasnya saat diwawancara di kantornya, Senin. BRI berkomitmen khusus terhadap pengembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di wilayah Surakarta.” (18 Maret 2024).
Selain akomodasi di Manahan, BRI juga merambah pasar tradisional Kota Solo seperti Pasar Gede dan Pasar Legi.
“Pasar Gede merupakan peninggalan atau cagar budaya kota Surakarta, simbol wisata kota Solo.”
Makanya kami BRI memfasilitasi EDC dan QRIS untuk hampir 600 pedagang di dalam dan luar pasar, jelas Agung saat ditemui di kantornya, Senin (18 Maret 2024).
Tujuan pemberian fasilitas ini adalah untuk mensosialisasikan program pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang pembayaran nontunai.
Agar warga Solo dan wisatawan tidak perlu membayar, bisa menggunakan QRIS di BRI, ujarnya.
Agung menambahkan, pemberdayaan UMKM dalam penerapan BRI merupakan visi yang masuk akal bagi Indonesia.
“Sehingga memberdayakan masyarakat untuk menunjang perekonomian nasional,” jelasnya. Pemimpin Cabang BRI Solo Slamet Riyadi saat menemui Agung Ari Wibowo di kantornya, Senin (18 Maret 2024)
Saat ini ada sekitar 500 pedagang BRI di kantor cabang yang dipimpinnya.
Dengan bertransaksi seperti menggunakan EDC dan QRIS, mereka menuntut pelayanan yang maksimal dari BRI.
“Kami pada dasarnya menerima semua transaksi kartu kredit, penyewaan gratis, dan pemeliharaan rutin.”
“Pada hari Sabtu dan Minggu pembayaran lebih cepat, termasuk bank dengan jumlah kartu terbanyak, teknologi terdepan dengan sistem Android EDC dan satelit milik BRI sendiri,” ujarnya.
Ia mengatakan, layanan digital di pasar tradisional seperti Pasar Gedera akan menjadi langkah maju BRI dalam menjadikan transaksi non-tunai dapat diakses oleh semua kalangan.
Ia berharap para pedagang bisa melakukan segala jenis pembayaran tunai dan non tunai, termasuk menggunakan QRIS.
“Inilah sebenarnya tujuan dan wujud BRI, agar UMKM bisa menjadi yang terdepan, terus berintegrasi dan terhubung satu sama lain,” jelasnya. Dukungan Pemda Pasar Gede Hardjonagoro, Kota Solo difoto pada Minggu (17 Maret 2024) (TribunSolo.com/Chrysnha)
Insentif yang diterima dari masyarakat untuk melakukan transaksi mata uang kripto telah diterima dengan baik oleh pemerintah daerah dan bank.
Melalui kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan, digitalisasi dapat difasilitasi dan transaksi non-tunai dapat tercapai.
Pemerintah Kota Solo salah satunya. Selain pusat perbelanjaan modern seperti mall, pasar tradisional juga menjadi sasarannya.
Oleh karena itu, transaksi penjual dan pedagang tidak sekedar jual beli. Transaksi dalam bentuk mata uang kripto juga diatur untuk pembayaran balasan yang disebut dengan e-revenge (e-revenge).
Hingga saat ini, berdasarkan data Dinas Perdagangan Kota Solo, ada 26 pasar yang menerapkan e-retaliasi.
“Oktober mendatang akan ada empat pasar lagi yang menggunakan balas dendam elektronik,” kata Heru Sunardi, Kepala Dinas Niaga Kota Solo.
E-retribusi telah bekerjasama dengan beberapa bank.
Selanjutnya, layanan transaksi nontunai menggunakan QRIS telah berlangsung di 13 pasar di Kota Solo. Diantaranya adalah Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Kadipolo dan Pasar Oleh-Oleh.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka merupakan sosok yang tertarik dengan digitalisasi dan transaksi non-tunai di Kota Bengawan.
Ia menghimbau para pedagang dan warga Kota Surakarta untuk melakukan transaksi nontunai atau cashless melalui aplikasi QRIS.
Bahkan, pria bernama Mas Wali ini mengajak seluruh pimpinan pasar tradisional di Solo, seluruh pedagang dan pembeli untuk segera bergabung secara digital.
“Jadi pembayaran nontunai QRIS ini sebagai upaya untuk membangkitkan perekonomian,” ujarnya saat meluncurkan sistem pembayaran nontunai ADIPATI QRIS pada tahun 2021.
“Dengan transaksi non tunai, kita bisa mempermudah jual beli, memberikan rasa aman dan nyaman bagi pembeli,” imbuhnya.
Gibran mengatakan alasannya transaksi dengan QRIS dinilai lebih efisien.
“Tidak perlu lagi membawa dompet ke pasar. Jadi, di tengah wabah ini, kita memang ingin mengurangi pembayaran tunai atau contactless,” tegasnya. Merchant Super App Prestasi BRI yang diberi nama BRImo semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. (Spesial)
Berdasarkan data yang dipublikasikan berdasarkan wilayah yang dikelola BRI Kantor Wilayah Yogyakarta, pada tahun 2022 sebanyak 9.282 pedagang akan menggunakan EDC BRI dan 209.285 pedagang akan menggunakan alat dagangan BRI QRIS.
Pada tahun 2023, sebanyak 10.296 pedagang menggunakan EDC BRI dan 245.053 pedagang menggunakan alat QRIS.
Pada bulan Februari saja, jumlah UMKM pengguna EDC BRI mencapai 11.309 UMKM dan pengguna QRIS sebanyak 264.456 UMKM.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Regional Yogyakarta John Sarjono menjelaskan BRI RO Yogyakarta memiliki nilai transaksi UMKM yang cukup tinggi dan menunjukkan pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun.
Pada mesin perdagangan EDC mencapai volume perdagangan sebesar Rp2,9 triliun pada tahun 2022 dan meningkat menjadi Rp3,7 triliun pada tahun 2023. Sedangkan mesin perdagangan QRIS mencapai jumlah volume perdagangan sebesar Rp315 juta pada tahun 2022 dan ditutup pada tahun 2023 sebesar Rp 1,7 triliun,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
Terkait perkembangan BRImo, John Sarjono menyampaikan bahwa BRImo semakin berkembang setiap tahunnya.
“Di BRI RO Yogyakarta, jumlah pengguna BRImo pada tahun 2023 adalah 2.006.634 orang. Hingga Februari 2024, jumlah pengguna BRImo yang diketahui sebanyak 2.261.326 orang atau meningkat 12,7%.
Terkait inovasi yang akan dihadirkan dalam waktu dekat, John menjelaskan BRImo akan terus berinovasi untuk memenuhi beragam kebutuhan nasabah dengan fitur-fitur favorit pengguna seperti fitur pengecekan status keuangan, pilihan produk utama dan investasi di berbagai bidang.
“BRImo terus memperkuat berbagai inisiatif dan ekosistemnya dengan berkolaborasi dengan lebih dari tiga ribu opsi pembayaran. Selain itu, transaksi dengan BRImo kini dapat dilakukan lintas negara dengan fitur transaksi internasional seperti pembukaan rekening dengan nomor ponsel luar negeri A, transfer ke lebih dari 100 negara dan pembayaran QR di Singapura,” jelas John.
(*)