TRIBUNNEWS.COM – Kelompok perlawanan bertemu dengan Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami dan Komandan Pasukan Quds IRGC Brigjen Esmail Khani pada Kamis (23/5/2024) di Teheran, Iran. .
Pertemuan tersebut terjadi di sela-sela prosesi pemakaman Presiden Iran Ibrahim Raisi dan tujuh rekannya yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5/2024).
Kelompok perlawanan saat ini termasuk Ismail Haniyeh, kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas); Sheikh Naim Kassem, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon; Wakil Sekretaris Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), perwakilan Front Populer Palestina (PFLP); Muhammad Abdulsalam, juru bicara gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman; dan perlawanan Islam di Irak.
Ia membahas kondisi politik, sosial dan militer, operasi penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan peran Israel dalam pendudukan Jalur Gaza.
“Dia menekankan pentingnya menjaga kemerdekaan melalui kerja sama dengan semua kelompok perlawanan di kawasan hingga kemenangan perlawanan Palestina,” lapor Al Maydeen.
Kemarin, di sela-sela upacara pemakaman Presiden Iran, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani menegaskan Iran akan terus mendukung kemerdekaan Palestina.
Ismail bertemu dengan Haniyeh dan berjanji kepada Iran untuk melindungi rakyat Palestina dan perlawanan mereka terhadap Israel sampai pendudukan berakhir.
“Perlawanan bukanlah slogan atau strategi, tapi prinsip yang didasarkan pada kebutuhan nyata,” ujarnya pada pertemuan sebelumnya, Rabu (22/5/2024).
“Rakyat Palestina dengan bangga dan mandiri telah menentang pendudukan Israel selama lebih dari tujuh bulan.” dia melanjutkan.
Ali Bagheri Kani mengatakan kelompok perlawanan berhasil mempermalukan Zionis Israel di medan perang, politik global, hukum, dan diplomasi.
“Amerika Serikat (AS), meskipun memiliki alat dan pengaruh yang besar, tidak dapat menyelamatkan Israel dengan upaya diplomatik apa pun,” ujarnya.
Dia memastikan kematian presiden Iran tidak menghalangi Iran untuk mendukung Palestina.
Setelah Revolusi Iran pada tahun 1979 dan naiknya Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai pemimpin Iran, Israel menyadari bahwa Iran menerapkan kebijakan anti-Israel.
Meskipun Israel menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, Houthi, dan kelompok perlawanan Islam di Irak, Lebanon, dan Suriah, Iran membantah tuduhan tersebut.
Israel menuduh Iran sengaja membentuk Pasukan Quds, pasukan luar negeri de facto Garda Revolusi yang bertugas melatih dan memperlengkapi kelompok perlawanan di berbagai negara. Jumlah korban
Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza; Jumlah kematian warga Palestina antara Sabtu (10/7/2023) hingga Kamis (23/5/2024) meningkat menjadi lebih dari 35.800 orang dan 80.200 lainnya. Menurut berita Anadolu, Israel mendarat.
Sebelumnya, pada Sabtu (7/10/2023), Israel mulai menembaki Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Masjid Al-Aqsa.
Menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan masih ada sekitar 136 sandera yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Sementara itu, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya tentang konflik Palestina-Israel