2.500 Bayi di Indonesia Diprediksi Lahir Bawa Sifat Thalasemia Setiap Tahunnya

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes mengatakan, setiap tahunnya diperkirakan ada 2.500 anak di Indonesia yang mengidap penyakit ini. terlahir dengan penyakit thalassemia.

Thalassemia merupakan kelainan darah genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anak dan keturunannya.

Setiap tahunnya, sekitar 300 ribu hingga 500 ribu anak dilahirkan dengan penyakit thalassemia mayor, dan 80 persen dari kondisi tersebut terjadi di negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. 

“Indonesia terletak di sepanjang sabuk thalassemia, dimana 3 hingga 10% penduduk Indonesia mengidap thalassemia beta atau thalassemia alfa, 2,6 hingga 11% mengidap thalassemia alfa atau thalassemia alfa, dan diperkirakan 2.500 anak dilahirkan dengan thalassemia beta mayor. tahun di Indonesia,” kata dr. Menjelang peringatan Hari Thalesemia secara online, Selasa (07/05/2024).

Penyakit ini disebabkan oleh berkurangnya atau tidak terbentuknya protein utama hemoglobin manusia, sehingga sel darah merah mudah pecah dan umur sel darah merah menjadi pendek.

Berdasarkan data global, 7 hingga 8 persen. Penduduk dunia merupakan pembawa penyakit thalassemia.

Gejala penyakit thalassemia mayor sudah bisa dikenali sejak masa kanak-kanak, yakni anak tampak pucat, lemas, lesu, sering sakit, dan terkadang disertai perut kembung.

Kemudian thalassemia minor, bayi atau pasien biasanya tidak menunjukkan gejala, tampak normal, namun pada pemeriksaan darah terlihat kadar Hb sedikit di bawah normal.

Ketiga, Thalassemia Intermedia biasanya hanya didiagnosis pada anak yang lebih besar dan tidak memerlukan transfusi darah secara teratur.

“Sampai saat ini penyakit tersebut belum bisa disembuhkan karena memerlukan pengobatan yang lama dan mahal. Namun penyakit ini bisa dicegah melalui skrining, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga talasemia,” kata dr Ajun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *