Laporan reporter Tribune Newscom, Farsianus Waqu
Tribun News.com, Jakarta – Pada Selasa (21/5/2024), banyak aktivis hak asasi manusia dan pembela hak asasi manusia (HAM) menggelar konstruksi dalam rangka memperingati 26 tahun reformasi dan memantau pelanggaran HAM.
Aksi tersebut terjadi di markas Front Reformasi dan Penyelamatan Indonesia, Juli lalu. Diponegoro No. 72 Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka memamerkan 2.000 tengkorak dan 1.000 kuburan, yang ditampilkan secara spektakuler dan dipercantik dengan pameran foto.
Aksi ini mengisahkan kekerasan Orde Baru yang menurut berbagai laporan telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dalam beberapa peristiwa berdarah.
Sementara itu, banyak pelanggaran HAM yang terungkap pada tahun 2015 antara lain Penembakan Misterius 1982, Rumah Huidong 1989, Kasus Gugatan, Pembunuhan Munir, Udin Bernas, Marcina, Pembantaian 1965, Poso dan Sampit.
Siswa, guru, dan fotografer yang mengunjungi lokasi tersebut sangat antusias melihat 2.000 tengkorak dan 1.000 kuburan berjejer di halaman markas Front Reformasi Penyelamatan Indonesia.
Mereka pun terlihat memperhatikan satu per satu struktur makam yang terbuat dari bahan eternit.
Di setiap instalasi makam terdapat nama beberapa korban pelanggaran HAM, antara lain Munir, Viji Tukul, Marcina, dan Udin Bernas.
Di sana, kuburan juga dihiasi dengan taburan bunga.
Bendera merah putih yang warnanya mulai memudar juga terlihat dari tumpukan tengkorak.
Bau dupa juga menyengat di tempat itu. Hal ini menambah suasana kelam pelanggaran HAM yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Di atas panggung terdapat karya peringatan 26 tahun Reformasi, “Masih Melanjutkan Perjuangan Kita”.
Aktivis 98 Fawzan Lutza mengatakan langkah ini tidak hanya mengingatkan akan reformasi, tapi juga mengingatkan bahwa aktivis hak asasi manusia dan korban pelanggaran hak asasi manusia masih ada dan akan terus melakukan perlawanan.
Ia juga menegaskan, kondisi demokrasi saat ini sedang tidak dalam kondisi baik.
“Kami yakin hal ini harus terus dilakukan, agar pemerintahan saat ini atau pemerintahan yang akan datang tidak mencoba mengubah sejarah,” desak Fauzan Lutza.
FYI, pameran 2.000 tengkorak dan 1.000 makam ini akan dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 21-23 Mei 2024.
Nantinya akan ada diskusi dengan pembela HAM, pembela HAM dan korban pelanggaran HAM.