TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar mengomentari Konferensi dan Pameran Lengkung IPA ke-48 yang berlangsung Selasa (14/05/2024) hingga Jumat (16/05/2024) di ICE BSD City, Tangerang, Banten. ).
Tema IPA Convex tahun ini adalah “Mengumpulkan momentum untuk mendorong ketahanan energi berkelanjutan di Indonesia dan kawasan”.
Menurutnya, peristiwa ini seharusnya bisa memberikan dorongan untuk meningkatkan kembali investasi migas ke Indonesia, mengingat hingga saat ini sektor migas kita menghadapi berbagai tantangan penurunan produksi akibat kapasitas produksi yang sudah tua.
“Selanjutnya, untuk meningkatkan hulu migas, kita harus segera mengakuisisi sumber migas baru atau melakukan efisiensi sumur-sumur lama agar lebih produktif,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dirilis, Senin (13 Mei 2024). Gunhar menambahkan, peningkatan produksi migas memerlukan investasi swasta nasional dan asing, mengingat tingginya biaya investasi yang diperlukan untuk produksi migas.
“Untuk mencapai target produksi tahun 2030 diperlukan investasi sekitar US$20 miliar per tahun,” ujarnya.
Namun menurutnya, peningkatan daya tarik investasi produksi migas memerlukan kepastian hukum. Hal ini tidak hanya mencerminkan pentingnya industri minyak dan gas. Menurut dia, salah satu yang terpenting adalah revisi UU Migas Nomor 22 Tahun 2001.
“Salah satu pemicu tidak terpenuhinya target investasi adalah masih sulitnya review UU Migas Nomor 22 Tahun 2001. “Sehingga payung hukum Satuan Tugas Khusus Industri Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) saat ini belum jelas,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya, SKK Migas akan mendapat kewenangan yang lebih luas sebagai lembaga tersendiri dengan adanya revisi UU Migas. Dengan demikian, SKK Migas mendapat posisi yang lebih kuat dalam menentukan posisi strategis dan kebijakan investasi di sektor migas.
Menurutnya, dengan semakin jelasnya posisi dan kewenangan SKK Migas, maka pencanangan pemerintah mengenai tujuan produksi (peningkatan) minyak dari satu juta barel per hari pada tahun 2030 akan mudah terpenuhi, karena masih banyak potensi cadangan migas. . yang masih tersimpan di perut bumi dan belum dijelajahi.
“Menurut perencanaan eksploitasi SKK Migas, dari 128 cekungan yang ada di Indonesia, masih terdapat 35 cekungan yang perlu dikembangkan dan 73 cekungan lainnya belum tereksplorasi. SKK Migas meyakini cadangan migas masih memiliki potensi yang sangat besar. ,” tutupnya.
Gunhar yang juga merupakan politikus PDI Perjuangan berharap acara IPA Convex yang digelar selama ini tidak hanya menjadi forum diskusi dan pameran, namun juga memberikan solusi konkrit bagi para pemangku kepentingan atas menurunnya produksi migas dan migas nasional yang terjadi belakangan ini. investasi.
“Meskipun realisasi investasi meningkat pada tahun 2023, namun hanya mencapai $13,7 miliar atau sekitar Rp210 triliun. “Sebenarnya menurut SKK Migas, untuk mencapai target produksi migas tahun 2030 sebesar 1 juta barel minyak dan gas 12 BSCFD, Indonesia membutuhkan investasi migas senilai US$20 miliar. 26 miliar setahun,” tutupnya.