Laporan reporter Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat politik kalangan sipil Indonesia Ray Rangkuti mengomentari program makan siang gratis yang akan berganti nama menjadi Program Makan Bergizi Gratis.
Menurutnya, perubahan nama program itu dilihat dari dua hal.
Pertama, hanya perubahan nama.
Kedua, adanya perubahan nomenklatur yang dapat mengubah struktur aslinya.
“Kalau yang dimaksud poin pertama tentu tidak banyak perubahan dari desain aslinya. Nama ini hanya ingin mengacu pada nutrisi, bukan makan siang gratis, yang sepertinya tidak ada artinya selain sekedar memberi makanan,” kata Ray. dihubungi pada Jumat (24 Mei 2024).
Namun, kata Ray kata nutrisi pembahasan lebih lanjut tentang seberapa dalam arti nutrisi pada kata makanan.
“Apakah hanya pemanis saja yang kurang pas, atau memang sesuai dengan nama makanan bergizi. Dan kemungkinan kata nutrisi juga akan menambah biaya program itu.” dia menjelaskan.
Namun jika ada perubahan nomenklatur bisa mengubah desain aslinya.
Menurut dia, hal itu jelas akan berdampak pada banyak perubahan desain.
“Bisa cakupannya, kadar gizinya, hari-harinya dan lain sebagainya. Artinya disesuaikan dengan keadaan lain, terutama yang berkaitan dengan perekonomian negara,” jelasnya.
Tapi apapun itu, perubahan nama dari makan siang gratis menjadi makanan bergizi gratis menunjukkan ada sesuatu yang sedang dibicarakan, dia yakin.
“Termasuk kemungkinan program ini tidak berjalan seperti yang dibayangkan masyarakat luas,” jelasnya.
Diketahui, Presiden terpilih RI Prabowo Subianto memutuskan mengubah nama program makan siang gratis menjadi makanan gratis.
Prabowo menjelaskan, program yang diberi label “makan siang gratis” ini lebih tepat disebut “makanan bergizi gratis”.
Alasannya untuk menyesuaikan dengan jadwal anak sekolah yang datang pagi dan pulang sore pada pukul 11-12.