Bulog Telah Serap 535 Ribu Ton Beras Petani, Panen Diprediksi 2 Pekan Lagi

Laporan jurnalis Tribunnews.com Nitis Havaro

TRIBUNNEWS.COM, Karawang – Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krishnamurthy mengatakan Bulog menyerap 535 ribu ton beras pertanian hingga 19 Mei 2024.

Totalnya diperkirakan setara dengan 1 juta 50 ribu ton gabah.

Ucapnya saat mengunjungi Pusat Penggilingan Padi (SPP) Karawang, Jawa Barat, Senin (20/05/2024).

“Total simpanan Bulogin per 19 Mei saya sampaikan setara dengan 535 ribu ton beras atau sekitar 1 juta 50 ton gabah,” kata Bayu.

Bayu memperkirakan musim tanam (MT) pertama tahun 2024 akan tiba pada 2-4 minggu ke depan. Namun Bulog akan tetap membeli beras terutama dari petani lokal.

“Waktu panen diperkirakan 2-4 minggu ke depan, waktu panen musim rendang atau MT 1, tergantung wilayahnya,” kata Bayu.

Balai Penggilingan Padi Karawang memperoleh beras dari petani melalui penggilingan skala kecil.

Bayu mengatakan, harga gabah dari SPP Bulog dan pabrik berkisar Rp 6.400 hingga Rp 6.500 per kilogram. Artinya, harga beras sudah berada di kisaran Rp 11.500 per kilogram.

“Jadi harganya sudah tinggi. Bahkan ada beras kualitasnya yang naik ke Rp 7.000 per kilogram gabah. Jadi berasnya sudah Rp 11.500 sampai 12.000 per kilogram,” jelas Bayu.

Bulog sebelumnya menyebutkan sebanyak 633 ribu ton gabah dalam negeri telah terserap untuk penyimpanan beras dalam negeri hingga April 2024.

Menurut Bayou, 633 ribu ton jagung setara dengan 329 ribu ton beras. ujarnya saat acara Halal Bihalal yang digelar di kantor Perum Bulog, Kamis (25/04/2024).

“Saat ini Bulog sudah menimbun jagung untuk pasar dalam negeri sebanyak 633.000 ton. Kita punya setara jagung, setara jagung 633.000 ton atau beras 329.000 ton,” kata Bayu.

Bayu mengungkapkan, ada dua alasan Perum Bulog hanya mampu menyerap gabah sebanyak 633 ribu ton.

Pertama, masa panen yang relatif singkat. Oleh karena itu, para petani mencoba mengakses pabrik yang dikendalikan oleh Bulog dan mitra terkait.

“Waktu yang singkat ini menyebabkan mesin pengering bermasalah karena pada saat yang sama matahari masih ada, tidak ada,” kata Bayu.

Permasalahan kedua adalah kurangnya pupuk, yang berdampak pada produksi gabah yang kurang optimal. Faktanya, kualitas gabah juga berpengaruh.

Dampak situasi pupuk pada tahun 2023 hingga awal tahun 2024, pupuk pada saat itu masih menghadapi tantangan, antara lain struktur ketersediaan pupuk yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kualitas gabah menjadi kurang optimal sehingga menyebabkan banyak yang retak, kuningnya banyak,” jelas Bayu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *