TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di saluran internasional dapat dilihat di sini.
Amerika Serikat marah karena melihat India bekerja sama dengan Iran.
Sementara itu, hubungan Mesir dan Israel sedang tegang akibat serangan darat Rafah.
Untuk semua kisahnya, berikut adalah kisah-kisah terbaik dunia dalam 24 jam terakhir. 1. AS marah atas kerja sama India dengan Iran, Pemerintahan Biden menyiapkan sanksi keras Perdana Menteri India Narendra Modi memegang payung di tengah hujan saat berpidato di depan pembicara setelah tiba di sesi keamanan Parlemen di New Delhi pada 19 Juli 2021. (Moni SHARMA / AFP)
Amerika Serikat (AS) juga mengkritik upaya Iran dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara Asia.
Setelah menjalin kerja sama perdagangan minyak dengan negara-negara Asia Tenggara, kini Amerika Serikat marah atas upaya Iran yang mempererat hubungannya dengan India.
Kedekatan baru kedua negara ditunjukkan ketika ditandatangani kontrak berdurasi 10 tahun untuk mengembangkan pelabuhan strategis di Chabahar di provinsi Baluchestan, Iran.
Melalui kemitraan ini, India akan membantu pengembangan infrastruktur pelabuhan di Iran untuk memperkuat dan memfasilitasi perdagangan kedua negara.
Kerja sama ini membuat marah AS dan kemudian memberi tahu India.
Pemerintahan Biden mengancam India bahwa kemitraan ini dapat memberikan pukulan besar bagi pemerintahan Narendra Modi.
BACA LEBIH LANJUT >>> 2. Serangan Tank IDF, AS: Israel Kerahkan Kekuatan yang Cukup untuk Melancarkan Serangan Besar di Rafah
Amerika Serikat (AS) mengatakan Israel telah mengirim pasukan IDF ‘dalam jumlah besar’ di luar Rafah, selatan Jalur Gaza, untuk melanjutkan serangan terhadap kota itu dalam beberapa hari, menurut jaringan berita Amerika CNN.
Detail kata ‘besar’ dalam pengertian AS terlihat pada gambar yang menunjukkan tank IDF tampak seperti semut, dan berukuran besar, sebelum serangan besar di Rafah.
Israel menyatakan akan menyerang Rafah dengan kekuatan besar karena dianggap sebagai benteng terakhir pertahanan Hamas.
Namun, meski Israel telah mengerahkan pasukan dalam jumlah besar, dua pejabat tinggi AS tidak yakin apakah Tel Aviv telah mengambil keputusan akhir untuk melancarkan serangan besar-besaran ke Rafah.
Jika Israel memutuskan untuk menyerang Rafah secara penuh, kedua sumber Amerika tersebut menyebut tindakan ini sebagai “tantangan langsung terhadap Presiden Joe Biden.”
BACA SELENGKAPNYA >>> 3. Ketegangan antara Mesir dan Israel meningkat, Kairo mengatakan Israel ilegal mengoperasikan penyeberangan Rafah.
Konflik antara Mesir dan Israel meningkat setelah pemerintah Zionis memutuskan untuk menguasai penyeberangan Rafah di Jalur Gaza.
Mesir adalah salah satu mediator dalam negosiasi antara Hamas dan Israel.
Negara Afrika Utara itu berusaha mengoordinasikan pasukan dan transisi Hamas-Israel.
Namun, Mesir telah berulang kali memperingatkan Israel tentang pelanggaran perjanjian perdamaian tahun 1979.
Namun, Israel mengabaikan peringatan Mesir. Pasukan Zionis memasuki Rafah pekan lalu dan memperbaiki penyeberangan tersebut.
Ada banyak keraguan Mesir akan memutuskan hubungan dengan Israel karena serangan Israel di Rafah.
Namun masuknya Israel ke Rafah jelas menunjukkan bahwa ketegangan antara Mesir dan Israel semakin meningkat.
Selain itu, pada Minggu (12/5/2024), Mesir mengumumkan akan bergabung dengan Afrika Selatan untuk menuntut Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dalam kasus pembunuhan orang di Gaza.
BACA LEBIH LANJUT >>> 4. Merusak klaim Israel, intelijen AS mengatakan pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak ada di Rafah
Amerika Serikat (AS) menyebut Yahya Sinwar, pemimpin gerakan Palestina, Hamas, tidak berada di Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Pernyataan para pejabat AS yang menyangkal klaim Israel atas serangan darat di Rafah dimulai pekan lalu.
Israel mengatakan melenyapkan Yahya Sinwar adalah langkah pertama untuk melenyapkan Hamas, yang menurut mereka berlokasi di Rafah.
Mengutip laporan pejabat Amerika kepada New York Times, Yahya Sinwar tidak meninggalkan Khan Yunis.
Yahya Sinwar baru-baru ini muncul di lapangan dan menyelidiki pejuang Hamas.
Hal ini membuat rakyat Israel frustasi karena perang di Jalur Gaza tidak mencapai tujuan menghancurkan Hamas.
Badan intelijen Israel setuju dengan penilaian Amerika bahwa Yahya Sinwar dan para pemimpin lainnya tidak berada di Rafah, kata seorang pejabat Amerika yang dirahasiakan identitasnya kepada New York Times, Senin (13/5/2024).
BACA LEBIH LANJUT >>>
(Tribunenews.com)