Kemenag Minta Penghulu Tak Hanya Urus Nikah Saja Tapi Aktif Atasi Persoalan Sosial di Masyarakat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penghulu berperan sangat penting dalam meningkatkan kualitas keluarga di Indonesia di era modern.

Penghulu juga terlibat aktif dalam mengatasi permasalahan sosial seperti penurunan pernikahan anak dan angka stunting.

“Kepala punya peran besar di era modern. Mereka tetap hidup,” kata Dedi Slamet Riyadi, Kepala Subdirektorat Pemahaman Agama Islam dan Manajemen Konflik Kementerian Agama (Kemenag), dalam sebuah pernyataan. Ruang Konferensi IIAS Universitas Leiden, Leiden, Belanda, Jumat (10/5/2024)

Namun, lanjut Dedi, para pemimpin saat ini juga menghadapi tantangan yang lebih besar dan sulit dibandingkan masa kolonial. Untuk itu Dadi berharap para Chiefs dapat terus meningkatkan kemampuan dan kualitasnya.

“Dulu hak-hak mereka dikurangi oleh pemerintah kolonial dan mereka tidak diberi gaji dan keterampilan yang cukup, kini mereka perlu mengerahkan diri tidak hanya dalam keterampilan kepemimpinannya, tetapi juga dalam upaya pemberdayaan sosial, ekonomi, dan kesehatan,” ujarnya. . mengatakan.

Secara terpisah, Niko Kapten, guru besar kajian Islam di Asia Tenggara, menambahkan bahwa penguasa memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Islam.

Menurutnya, sang pangeran tidak hanya membawahi persoalan perkawinan Islam saja, melainkan bekerja sebagai Qadi atau hakim yang menangani perkara perdata dan pidana berdasarkan hukum Islam.

“Raja mempunyai kedudukan dan jabatan penting di negara-negara Islam. Mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam permasalahan perkawinan Islam. Apalagi mereka berprofesi sebagai Makadi atau hakim yang menangani perkara perdata dan pidana sesuai dengan hukum Islam,” jelasnya.

Namun, lanjutnya, pada masa penjajahan Belanda, kekuasaan dan tanggung jawab pangeran berangsur-angsur berkurang. “Pada masa penjajahan, kekuasaan pangeran dibatasi oleh Belanda. Pembentukan Presterrad atau Rad Dharma pada tahun 1882 merupakan upaya untuk menghadapi birokrasi kolonial,” pungkas Nico Kapten merujuk pada buku Muhammad Hisyam, _ “Tertangkap Antara Api Tiga: Penghulu Jawa di Bawah Pemerintahan Kolonial Belanda”, 1882-1828 _ yang membahas tentang peran Penghulu dalam pemberdayaan masyarakat dan pengembangan pendidikan Islam pada masa penjajahan.

Seperti diketahui, Island Islamic Festival yang digelar di beberapa kota di Belanda pada 1 hingga 20 Mei 2024 ini tidak hanya akan menghadirkan peran Penghulu, namun juga puisi sufi Jawa, khususnya Suluk, yang menggambarkan sebuah perjalanan misterius. . para sufi. Karya-karya tersebut banyak yang dilestarikan di Belanda setelah penjajahan, dan juga menjadi atraksi tersendiri dalam upacara-upacara untuk meningkatkan pemahaman budaya dan sejarah Islam di pulau-pulau tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *