TribuneNews.com – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, diduga menghentikan pengiriman senjata ke Israel pekan lalu sebagai simbol penolakannya terhadap rencana Israel menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan.
Seorang pejabat senior AS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa AS berusaha mencegah Israel melancarkan operasi besar di Rafah, tempat 1,5 juta warga Palestina melarikan diri dari pendudukan Israel.
Namun para pemimpin Israel bertekad menyerang Rafah, yang diklaim sebagai benteng terakhir gerakan Palestina Hamas.
Sementara itu, para pemimpin Israel tampaknya hampir mengambil keputusan mengenai serangan Rafah, kata pejabat itu kepada Reuters, Selasa (7/5/2024).
Berdasarkan pertimbangan ini, Amerika kemungkinan akan menangguhkan sebagian pengiriman senjata.
“Kami telah memulai peninjauan hati-hati terhadap usulan pengiriman senjata tertentu ke Israel yang dapat digunakan dalam pertempuran. Rafah dimulai pada bulan April,” katanya.
AS diyakini telah menjatuhkan ribuan bom di Israel pekan lalu.
Hasil peninjauan ini, kami menghentikan pengiriman senjata pada pekan lalu. Pengiriman tersebut berisi 1.800 bom masing-masing berbobot 2.000 pon (907 kilogram), dan 1.700 bom berbobot 500 pon (226 kilogram), katanya.
AS sedang mempertimbangkan untuk menggunakan bom seberat 2.000 pon di daerah padat penduduk seperti Rafah, kata pejabat itu.
“Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman ini,” katanya.
Empat pejabat AS yang mengetahui masalah ini mengatakan pengiriman senjata ke Israel telah tertunda setidaknya selama dua minggu.
Penundaan ini termasuk Gabungan Direct Attack Munition yang diproduksi Boeing, yang mengubah bom tak terarah menjadi bom berpemandu presisi. AS gagal menghentikan Israel menyerang Rafah
Israel menyerang Rafah pada Senin (6/5/2024).
Axios menyatakan, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dalam kunjungannya ke Israel pekan lalu menyatakan serangan Rafah akan merugikan hubungan kedua negara.
Menurut laporan tersebut, Israel mengatakan kepada AS bahwa mengambil kendali Rafah akan memberikan tekanan pada kepemimpinan Hamas untuk membebaskan tahanan.
Pada Selasa (7/5/2024), Israel kembali melancarkan serangan ke Rafah, setelah kesepakatan Hamas mengenai gencatan senjata antara Mesir dan Qatar tidak terpenuhi.
Pada Rabu (8/5/2024) Israel mengumumkan penguasaan penuh Rafah dari pihak Palestina dan akan mengakhiri serangannya. jumlah korban
Israel masih melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, dengan jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi 34.789 orang dan 78.204 orang luka-luka pada Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (8/5/2024) dan 1.147 orang Israel tewas. wilayah tersebut, seperti dilansir Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Israel memperkirakan Hamas masih menyandera sekitar 136 orang di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan Guardian pada Desember 2023.
(TribuneNews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel