TRIBUNNEWS.COM – Pembangunan industri seringkali menghadapi kendala kelestarian alam.
Hal ini terjadi pada tahun 2013 di Desa Sambak, Kajoran, Kabupaten Magelang.
Seiring banyaknya perajin tahu yang mengembangkan usahanya, air bersih di Desa Sambak yang tadinya menjadi tercemar.
Ironisnya, Desa Sambak terkenal dengan penghasil tahu yang nikmat karena air Sambak merupakan air tanah yang berkualitas.
Namun, industri tahu yang berkembang membuat air di desa lereng Gunung Sambin ini tercemar.
Oleh karena itu, desa yang terdiri dari delapan desa ini kerap menimbulkan bau tak sedap akibat adanya pembuangan limbah cair tahu setiap sore dan pagi hari.
Selain itu, petani padi juga menderita karena limbah tahu yang tidak diolah masuk ke sungai.
“Dulu musim paling parah sampai gagal panen padi karena limbah cair tahu masih dibuang ke sungai, maka dari tahun 2013 kami mulai memikirkan bagaimana caranya agar pengrajin tahu tetap bisa berjalan dan petani padi tetap bisa berjalan, kata Kepala Desa Sambak Dahlan, Senin, 15 April 2024 saat berbicara kepada Tribunnews.com.
Singkatnya, warga desa berkonsultasi dan menemukan solusi pembuatan biogas dengan membangun reaktor atau tangki penampung bahan organik dan/atau limbah ternak.
“Sejak tahun 2015, kami telah memulai pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan tangki penampung sisa cerna atau limbah cair industri tahu dengan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup,” kata Dahlan.
Pengolahan limbah cair tahu mendapat perhatian banyak pihak, dan Desa Sambak kini memiliki enam panci masak untuk pembuangan limbah cair dari 13 pengrajin tahu.
“Tiga dari enam boiler sudah kami sambungkan ke IPAL dan hasilnya air bersih dialirkan ke sungai, dari situ kami gunakan tiga boiler untuk biogas,” kata Dahlan yang sudah tiga periode menjabat sebagai kepala desa.
Dahlan mengatakan, enam unit boiler di Desa Sambak merupakan kerjasama berbagai pihak, yaitu tiga unit boiler dari Kementerian ESDM, satu unit boiler dari Dinas Lingkungan Hidup, satu unit boiler dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dan satu unit boiler dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. ketel. telah membangun desa dari dana tersebut.
“Sampai tahun 2024, enam kapal masak masih mampu menampung limbah cair industri tahu sambac, tiga kapal akan dijadikan air bersih, dan sisanya akan kita buat sistem biogas,” jelas Dahlan.
Sistem biogas Desa Sambak kini mampu “menyalakan” kompor 88 kepala keluarga di Desa Sambak.
“Masih kita kembangkan, jumlahnya hanya 88 KK (kepala keluarga), ini bisa mengurangi penggunaan botol gas 3 kg secara signifikan, rata-rata 1 keluarga 3 botol per bulan, kalau pakai biogas sebulan lebih saja. 1 silinder mati sebentar,” kata Dahlan bangga.
Desa Sambak telah mendapatkan beberapa penghargaan atas penanganan limbah cair industri Tahu Sambak, yang terbaru adalah Desa Program Nasional Iklim Berkelanjutan (ProClim) Desa pada tanggal 18 Oktober 2021.
“Selain pengelolaan sampah, faktor lain yang perlu dievaluasi adalah rumah hutan negara di perbukitan Potorono. Kami menanam kopi di sana bekerja sama dengan Perhutan dan instansi terkait baik di tingkat kabupaten maupun provinsi,” tambah Dahlan.
Sekadar informasi, ProKlim adalah program yang mengakui partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara terpadu untuk mendukung tujuan penurunan emisi gas rumah kaca nasional.
ProKlim meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di lapangan/secara administratif.
“Kerjasama masyarakat dengan Perhutan namanya Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), di Sambaki namanya LMDH Wana Hijau Lestari, dan kami menanam kopi di bawah pohon di Bukit Potorono,” kata Dahlan.
Alhasil, hutan yang dikelola Perhutan di kawasan Potorono menjadi hijau dan subur sehingga berdampak positif bagi lingkungan.
“Kalau hijau, oksigennya lebih banyak, mencegah erosi dan banjir, serta sebagai pendingin alami,” kata Kepala Desa Dahlan, 60 tahun.
“Dari hasil panen kopi tersebut masyarakat desa dapat memperoleh nilai ekonomi dan hasil yang baik pada tahun 2021, total panen buah kopi red cherry atau biji kopi merah segar sebanyak 21 ton,” tambah Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Desa Karta, CEO Desa Sambak. dikatakan. , Muhammad Kurniadi.
Kopi bernama Kopi Potorono mampu memberikan keuntungan finansial tambahan kepada para petaninya.
“Ceri merah 21 ton, kalau dapat kopi bubuk 6-7 ton, laku 170 ribu kilo,” kata Kurniadi.
BUMDes Karta Jaya Desa Sambak juga memiliki program pengelolaan sampah dan pemanfaatan hutan negara.
“Mulai tahun 2024 kita akan fokus pada wisata edukasi, makanya kita akan ‘memamerkan’ pengelolaan sampah dari biogas dan kopi kepada wisatawan atau desa lain sebagai bahan perbandingan,” ujarnya.
Kurniadi menambahkan, kebun buah ini dikembangkan sebagai tambahan destinasi wisata edukasi di Desa Sambak.
“Tahun lalu kami mendapat bantuan dari BRI, kami masuk ke Desa BRILian berupa bibit durian, alpukat, dan jambu biji, lalu kami jadikan kebun buah-buahan,” ujarnya.
“Wisatawan atau yang ingin belajar biasanya pergi ke perkebunan kopi potorono dan kebun bukit potorono untuk mengolah kopi potorono, ampas tahu, dan pada malam hari bisa tidur di rumah warga sambil menikmati makanan khas sambak. Tahu goreng dan tempe gambus,” dia berkata. Kurniad.
Desa Sambak termasuk dalam Desa BRILian
Capaian Desa Sambak menjadi Desa Berkelanjutan Proklim pada tahun 2021, ditambah satu prestasi lagi yakni masuk dalam 15 besar Desa Bakht I Inggris.
“Desa Sambak masuk dalam 15 besar desa Inggris dan mendapat estimasi dana Rp 10 juta dari BRI dan diminta mengajukan proposal sebesar Rp 25 juta yang akhirnya kami gunakan untuk layanan pendukung IPAL,” kata Dahlan.
Desa Sambak menjadi salah satu tim pertama yang masuk dalam daftar 15 besar desa BRIL peserta Nugraha Karya 2023 dari total 266 desa peserta.
Selain dana pendidikan, Desa Sambak juga mendapat bantuan selama seminggu dari Universitas Padjadjaran (UNPAD).
“Kami juga mempromosikan peluang Desa Sambak dan belajar tentang pemasaran digital,” kata Dahlan.
Oleh karena itu pelestarian alam melalui pengolahan limbah tahu serta pemanfaatan dan penghijauan hutan negara serta wisata kopi dan edukasi menjadi prioritas pengembangan Desa BRILian, tambahnya.
Direktur Wilayah BRI Yogyakarta John Sarjono dalam keterangan tertulisnya menyatakan, terdapat 320 desa BRIL yang berada di wilayah kantor wilayah Yogyakarta.
“Desa Sambak adalah salah satu desa kami di Inggris yang memiliki gugusan tahu dan kopi potorono,” kata John Sarjono.
John Sarjono mengatakan Desa BRILian merupakan program inkubator pedesaan yang bertujuan untuk menghasilkan model-model pembangunan desa melalui praktik pengelolaan pedesaan yang maju dan semangat kolaboratif.
Desa-desa yang tergabung dalam program Desa BRILian diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi pembangunan desa ke depan, sehingga dapat direplikasi di desa-desa lainnya.
“Kami fokus membantu desa-desa untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki daerahnya, dan tujuannya agar desa dapat berkembang lebih baik lagi,” ujarnya.
Desa BRILian juga melaksanakan berbagai kegiatan power dosing dalam program tersebut.
Yang pertama adalah pemberdayaan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan, dimana literasi dasar, literasi bisnis, dan literasi digital diajarkan kepada desa-desa peserta.
Kedua, dukungan tim BRI dan mitra kepada desa-desa BRIL terbaik di masing-masing kelompok, yaitu kegiatan bantuan intensif.
Ketiga, penghargaan, hadiah atau pengakuan kepada desa pemenang pada masa pemberdayaan yang mempunyai jiwa kepemimpinan, kerjasama, inovasi yang unggul dan dianggap sebagai teladan dalam pembangunan desa lainnya.
“Program Desa BriliN lebih fokus pada literasi dan pemberdayaan dalam bentuk pendampingan, termasuk memberikan dukungan finansial kepada desa. Memberikan pengakuan dengan membantu sarana dan prasarana kepada desa pemenang yaitu Desa BriliN,” jelasnya. *)