Ogah Fasilitasi Pembersihan Etnis, Mesir Tolak Rencana Israel Pindahkan Warga Gaza ke Sinai

Reporter Tribune.com Namira Yonia Lestanti melaporkan

TribuneNews.com, Kairo – Pemerintah Mesir menolak usulan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk merelokasi warga Gaza ke Sinai dengan dalih mengurangi jumlah warga sipil yang tewas dalam perang antara Israel dan Hamas.

“Mesir dengan tegas menolak rencana Israel untuk memindahkan Gaza ke Sinai,” saluran berita Mesir Al Cairo mengutip pernyataan Anadolu.

Hal ini terjadi setelah pemerintah Mesir menerbitkan dokumen di pers Israel yang menyatakan bahwa tentara Israel bersiap untuk menghabiskan 2 juta 300 orang di tenda dan kemudian membebaskan 1.000 orang di kota permanen yang mereka bangun di Sinai Utara, warga Palestina.

Tak hanya itu, Israel juga telah menetapkan zona penyangga yang “bersih” beberapa kilometer dari perbatasan Mesir, tidak mengizinkan warga Gaza dan Rafah kembali ke perbatasan Israel.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan proyek ini dan menekankan bahwa dia tidak akan membiarkan tujuan Israel untuk memindahkan warga Palestina ke Sinai.

Tindakan ini diambil Mesir karena negara ini merupakan negara Sphinx untuk mencegah Nakba atau pembersihan etnis.

Di tahun Dari tahun 1947-1949, sekitar 750.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka dalam kondisi yang memprihatinkan, kelaparan, kehausan dan mengembara setelah pengusiran pasukan Zionis.

“Mesir tidak akan membiarkan tujuan Israel tercapai di wilayah Palestina dengan mengorbankan pemerintahnya sendiri,” tegas al-Sisi.

Netanyahu dan pasukannya tak berani memindahkan warga Rafah langsung ke wilayah Sinai yang berbatasan dengan Mesir.

Pada awal Mei, pihak berwenang Kairo mengerahkan sejumlah besar tentara dan puluhan kendaraan lapis baja ke timur laut Sinai yang berbatasan dengan Rafah. Korban tewas di Gaza sebanyak 35.709 orang.

Serangan serentak Israel di Jalur Gaza selatan dan utara bulan ini telah memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

2,3 juta orang di Gaza berada di ambang kelaparan. Pada saat yang sama, 380.000 orang berisiko mengalami kekurangan pangan yang parah.

Setidaknya 35.709 orang telah tewas dalam lebih dari tujuh bulan pertempuran antara Israel dan militan Palestina di wilayah tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Jumlah korban tewas telah mencapai 62 dalam 24 jam terakhir, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut akibat agresi Israel, Presiden Mesir Abdelfattah al-Sisi, bersama dengan Afrika Selatan, baru-baru ini memutuskan untuk mengajukan pengaduan terhadap genosida Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ).

Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Mesir berbunyi: “Deklarasi intervensi dalam kasus ini merupakan indikasi pelanggaran Israel yang meluas dan berskala besar terhadap warga sipil di Gaza.”

Keterlibatan Kairo dalam klaim Afrika Selatan merupakan langkah baru antara Mesir dan Israel.

Di tahun Melanggar Perjanjian Camp David pada tahun 1979, keduanya berjanji tidak akan ikut campur dalam politik dan keamanan wilayah perbatasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *