Wartawan Tribunnews.com Erik Sinaga melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) dan Haidar Alwi Care (HAC) R Haidar Alwi mewanti-wanti Presiden terpilih Prabowo Subianto agar tidak mengutamakan semua partai dalam koalisi. Sebab, koalisi yang terlalu kental juga berpotensi mengganggu keseimbangan demokrasi dan pemerintahan.
Menurut Haidar, kekuasaan yang besar memerlukan kontrol yang besar. Jadi harus ada keseimbangan kekuatan atau ruang untuk oposisi. Oposisi yang baik akan berguna untuk mengingatkan pemerintah yang sedang berkuasa, untuk terus menjalankan pemerintahan sesuai dengan hukum dan prioritas untuk menyelesaikan janji-janji politik yang telah dan akan diberikan pada masa pemerintahan.
“Perlu diingat sisa waktu sekitar enam bulan sebelum pelantikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membentuk koalisi dan sikap koalisi yang sejalan dengan tujuan di atas,” kata R Haidar Alwi, Selasa. (7/5/2019). 2024).
Para loyalis Jokowi melihat bahwa pengaruh politik Prabowo telah menciptakan peluang bagi pemerintahan untuk memperluas kekuasaannya tanpa adanya oposisi. Selanjutnya, Nasdem dan PKB mendeklarasikan diri sebagai bagian dari pemerintahan Prabowo. Sementara itu, PPP menegaskan siap bergabung dengan PKS dan menyatakan bersedia jika diundang.
Satu-satunya harapan ruang oposisi kini ada di tangan PDI Perjuangan. Seperti diketahui, PDIP kini ada upaya untuk bergabung ke koalisi.
Pasca kegagalan rencana pertemuan Prabowo-Megawati, kini muncul rencana pembentukan klub presidensial yang melibatkan Jokowi dan SBY. Menurut R Haidar Alwi, itu semua adalah upaya untuk menaklukkan PDI Perjuangan.
“Jika pada akhirnya PDIP menyerah dan hasilnya diambil, hampir pasti pemerintahan Pak Prabowo tidak akan mendapat perlawanan. Dan ini tentu menjadi alarm berbahaya bagi demokrasi kita. Apalagi berbahaya juga bagi pemerintahan Pak Prabowo sendiri. tidak ada kendali atas kekuasaan,” kata R Haidar Alwi.
Oleh karena itu, R. Haidar Alwi berharap Prabowo tidak tertarik pada politik ruang lingkup yang berlebihan dan justru terus memberikan ruang yang cukup kepada oposisi. Sehingga oposisi tidak dilihat sebagai sebuah bahaya namun dalam sudut pandang positif, oposisi adalah vitamin yang menguatkan pemerintah.
“Pembangunan bangsa tidak harus dari pihak kekuasaan (koalisi) tapi bisa juga dari luar (oposisi). Keduanya berbeda fungsi dan manfaatnya tetapi akan menimbulkan keseimbangan. Jadi keduanya harus dijaga. atap Kalau tiangnya dibongkar, tegas R Haidar Alwi.
Lebih memalukan lagi jika Prabowo meninggalkan perjuangan sebagai relawan dan sosok besar non-partisan yang berdarah independen untuk memenangkan kursi presiden terpilih periode 2024-2029.
Mereka tidak mengeluh atau mengungkapkan kekecewaannya secara terang-terangan, namun doa orang-orang yang ditinggalkan diyakini mampu mengubah keadaan alam semesta. Oleh karena itu, Prabowo disarankan untuk mengutamakan pembagian tugas kepada pejuang yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing.
“Anak jangan di pangkuan, monyet di hutan dipelihara. Saya yakin Pak Prabowo sebagai pemilik hak prerogratif bisa dan tetap ingin bersamanya. Pejuang,” pungkas R Haidar Alwi. .