Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasangan selebriti Jessica Iskandar dan Vincent Verhaag memilih program kehamilan anak ketiganya dengan bayi tabung (IVF) melalui Teknologi Seleksi Genetik atau PGT-A.
“Saya dan Vincent sudah lama ingin memiliki anak (ketiga) lagi, dan Morula IVF Surabaya mewujudkan impian kami untuk memiliki bayi yang sehat secara genetik,” kata Jessica.
Bukan tanpa alasan, wanita yang akrab disapa Jedar ini memilih program bayi tabung ini.
Ia sadar betul bahwa wanita di atas 35 tahun berisiko tinggi mengalami kelainan kromosom pada embrio.
Doakan semoga kehamilanku selalu sehat dan aku masih punya waktu untuk melahirkan di tahun naga, kata aktris kelahiran 29 Januari 1988 itu dalam keterangannya, Selasa (21/05/2024). ). .
Lalu apa metode PGT-A pada program bayi tabung?
Dr. Benedict Arifin, MPH, SpOG(K) atau Dr. Benny mengatakan metode PGT-A merupakan teknologi untuk menyaring kromosom pada embrio.
Metode ini mengidentifikasi jumlah kromosom pada embrio sebelum dipindahkan ke rahim.
“PGT-A diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat keberhasilan kehamilan bayi tabung dan mengurangi risiko keguguran atau cacat lahir,” kata Benny.
PGT-A dilakukan dengan mengambil beberapa sel trofoblas (calon plasenta) pada hari ke 5 sebanyak (5-10) sel trofoblas embrionik.
Sel-sel tersebut kemudian dianalisis untuk memperkirakan jumlah kromosom.
Jika kelainan kromosom terdeteksi, embrio tidak dipindahkan ke rahim pasien.
Teknologi ini memungkinkan pasangan untuk memilih embrio sehat yang memiliki peluang lebih besar untuk ditanam di rahim dan berkembang menjadi bayi yang sehat.
Selain itu, dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan pada kromosom XX atau XY pada embrio.
Dengan metode ini, kata dia, embrio yang sehat akan diseleksi terlebih dahulu dengan akurasi 98-99 persen.
“PGT-A direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 35 tahun,” kata Benny.
CEO National Hospital Ang Hoi Tiong berharap kehadiran Morula IVF Indonesia bisa seperti oase di padang pasir.
“Saya yakin kita bisa membantu banyak orang, khususnya para pejuang dua lini, untuk melahirkan anak-anak melalui peralatan yang canggih,” kata Ang Hoi Tiong.