Laporan Tribunnews.com oleh jurnalis Michael Dafit Adi Prasetillo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat dari berbagai wilayah Indonesia mengeluhkan panas ekstrem. Di sejumlah daerah, seperti Tangsel, warga mengeluhkan suhu udara yang panas padahal hari masih pagi dan suhu masih menunjukkan pukul 10.00 WIB.
Keluhan ini tampaknya sejalan dengan pernyataan banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa kenaikan suhu mulai September 2023 dan seterusnya akan menjadikan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.
Badan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa mengumumkan bahwa suhu rata-rata global pada bulan Januari hingga September lebih tinggi 1,4 derajat Celcius dibandingkan periode pra-industri tahun 1850-1900.
Angka ini 0,5 derajat Celsius di atas rata-rata dan 0,05 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016, yang merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat.
“Setelah musim panas yang memecahkan rekor, bulan September mengalami suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk tahun yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Wakil Direktur C3S Samantha Burgess dalam sebuah pernyataan.
“Bulan ekstrem ini menempatkan tahun 2023 pada posisi nomor satu, dan berpotensi menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, sekitar 1,4 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri,” lanjutnya.
Penggunaan bahan bakar fosil selama lebih dari satu abad serta penggunaan energi dan lahan yang tidak merata dan berkelanjutan telah menyebabkan suhu global meningkat sekitar 1,1°C. Meningkatnya suhu ini menyebabkan serangkaian peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Eropa mencatat rekor kenaikan suhu
Sebelumnya, beberapa negara Eropa mengumumkan bahwa September lalu mencatat rekor suhu terpanas seiring dengan semakin cepatnya perubahan iklim.
Suhu rata-rata negara itu bulan lalu adalah sekitar 21,5 derajat Celcius, 3,5 hingga 3,6 derajat Celcius lebih tinggi dari periode referensi 1991 hingga 2020, menurut badan meteorologi Prancis, MeteoFrance.
“Suhu rata-rata di Perancis secara konsisten berada di atas suhu rata-rata bulanan selama hampir dua tahun terakhir,” kata juru bicara Météo France.
Di negara tetangga Perancis, Jerman, suhu naik sekitar 4 derajat Celcius bulan lalu, melebihi suhu referensi tahun 1961-1990, menurut Kantor Meteorologi DWD.
Sementara itu, kantor meteorologi Polandia mengumumkan bahwa suhu pada bulan September adalah 3,6 derajat Celcius di atas normal, menjadikannya terpanas sejak pencatatan dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu.
Kantor meteorologi nasional negara-negara Alpen di Austria dan Swiss juga mencatat suhu rata-rata terpanas pada bulan September, sehari setelah sebuah penelitian menemukan bahwa gletser Swiss telah kehilangan 10 persen volumenya dalam dua tahun akibat pemanasan ekstrem.