Gejala Mirip Diare, Radang Usus Sering Diabaikan, Padahal Tingkatkan Risiko Kanker Usus Besar

Reporter Tribunenews.com, Reena Ayu melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyebab penyakit radang usus (IBD) saat ini belum diketahui.

Seiring perkembangannya, IBD yang tidak diobati dapat memperburuk kondisi pasien akibat komplikasi.

Sayangnya, gejala IBD seringkali diabaikan karena sangat mirip dengan gejala diare pada umumnya.

Namun berdasarkan data saat ini, angka kematian pasien IBD adalah 17,1 per 1000 orang-tahun, dibandingkan dengan 12,3 per 1000 orang-tahun pada kelompok kontrol.

Penyakit radang usus ini memiliki berbagai faktor risiko yang dapat dihindari, seperti dijelaskan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterologi profesor hepatologi RS Abdi Waluyo. Dr. Marcellus Simadibrata, PhD, SPPD, KGEH, FACG, Finsim.

“Pada dasarnya penyebab IBD masih belum diketahui secara pasti. IBD pasti disebabkan oleh gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Namun kesalahan pola makan dan tingkat stres yang berlebihan,” ujarnya dalam sebuah program beberapa waktu lalu. “

Selain itu, faktor keturunan juga berperan dalam terjadinya IBD, meski jumlah penderitanya sangat sedikit.

Ada 3 jenis penyakit radang usus

Kata dr Marcellus, pada dasarnya IBD terbagi menjadi 3 jenis:

1. Kolitis Ulseratif (UC)

Pada UC, lapisan permukaan usus besar dan rektum mengalami peradangan dan luka, sehingga sering terasa nyeri di perut bagian kiri bawah.

Pasien dengan UC memiliki peningkatan risiko 6 kali lipat terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan penyakit radang usus lainnya.

Namun, hanya 5 persen kasus UC parah yang berkembang menjadi kanker kolorektal.

Pada UC, penderitanya dapat mengalami megaloconus toksik (radang toksik pada usus besar), perforasi usus besar (lubang di usus besar), dehidrasi parah, dan peningkatan risiko kanker usus besar.

2. Penyakit Crohn (CD)

Sedangkan pada CD, terjadi peradangan pada lapisan saluran cerna yang lebih dalam sehingga sering merasakan nyeri pada perut bagian kanan bawah, namun perdarahan rektum lebih jarang terjadi.

Pada CD, penderitanya bisa mengalami gangguan usus, malnutrisi, fistula, dan fisura anus (robekan pada jaringan anus).

“Jika kedua jenis IBD ini tidak dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi seperti: pembekuan darah, peradangan pada kulit, mata dan persendian, serta komplikasi lainnya,” kata Dr. Marcellus cimadibrata.

3. Kolitis tak tentu (tidak terklasifikasi)

Diagnosis Penyakit Radang Usus IBD didiagnosis berdasarkan keluhan pasien seperti sering sakit perut, perubahan buang air besar, darah pada tinja, dan penurunan berat badan, serta pemeriksaan fisik dan instrumental.

“Pemeriksaan yang wajib dilakukan antara lain pemeriksaan feses, darah, radiologi (CT scan dan MRI perut sesuai indikasi) dan endoskopi saluran cerna. Pasien yang menderita penyakit radang usus dinilai tingkat keparahan penyakitnya dengan menggunakan sistem skoring,” jelas sang profesor. Akan selesai.” Marcel.

Penatalaksanaan IBD umumnya menggunakan terapi obat (pil dan suntikan), namun pada beberapa situasi diperlukan tindakan pembedahan atau pengobatan juga dilakukan dengan menggunakan kombinasi obat dan pembedahan.

Beberapa jenis vaksinasi juga direkomendasikan untuk pasien IBD sebagai pencegahan infeksi.

IBD kronis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak, namun dengan kemajuan dan inovasi dalam pengobatan obat, pembedahan menjadi semakin jarang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *