Sabtu 24 Desember 2023 menjadi waktu penting bagi para pekerja di PT Industrial Park. Morowali Indonesia Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah, ketika 21 orang tewas dalam ledakan tungku logam milik PT. Baja Tahan Karat Thanh Son Indonesia (ITSS).
Kurang dari dua bulan setelah kejadian tersebut, rupanya pada 8 Februari 2024, beberapa pekerja membentuk Serikat Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE).
Peristiwa ledakan tungku logam PT. ITSS secara konsisten telah mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi para pekerja dan berharap hal ini menjadi beban banyak pihak di masa depan.
Pengaduan itu mereka lontarkan di sela-sela perayaan Hari Buruh Internasional, Rabu (1 Mei).
Peristiwa ledakan kompor PT. Kecelakaan ITSS di kawasan industri IMIP menyebabkan 21 orang tewas dan 39 luka-luka. Beberapa dari mereka kembali bekerja setelah mendapat perawatan.
Banyak penyintas yang berbicara kepada BBC News Indonesia namun meminta kami untuk tidak mengungkapkan identitas mereka karena mereka khawatir dengan pekerjaan mereka di masa depan jika berbicara kepada media.
Namun dari perbincangan tersebut, timbul harapan bahwa mereka dapat ditempatkan di area kerja yang lebih ringan karena ledakan tersebut mempengaruhi kemampuan fisik mereka – tidak lagi sama.
Salah satu yang selamat di rumah sakit adalah pekerja Larry. Dia menderita luka bakar di sekujur tubuhnya.
Sri Hartuti, ibu Larry, berkata: “Keadaannya mulai membaik. Yang jelas [peradangan] mulai mengering meski masih diperban.”
Menurut keluarga, Larry menjalani 22 kali operasi dan perawatan kulit di salah satu rumah sakit di Jakarta, kemudian di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, pemain berusia 25 tahun itu kini sudah tidak bisa berjalan dan masih membutuhkan operasi lebih lanjut serta terapi fisik.
Dr Sri Hartuti mengatakan masih belum jelas kapan bayinya akan keluar dari rumah sakit dan dirawat di rumah.
“[Jika] Anda bisa berjalan, Anda sekarang diperbolehkan pulang. Nanti kalau kulitnya membaik, dilakukan operasi selanjutnya karena jari-jarinya tidak bisa digerakkan, ujarnya.
Seluruh biaya pengobatan, pembedahan dan perawatan Larry tetap ditanggung oleh perusahaan dan BPJS Rekrutmen. Perusahaan juga memantau kondisi Larry secara berkala, kata Sri Hartuti.
Ia menambahkan, selama menjalani perawatan, Larry tetap mendapat upah minimum dari perusahaan.
Dia juga mengatakan bahwa perusahaan dulu menyediakan “biaya hidup bagi mereka yang melayani pasien kami” tetapi baru-baru ini “tidak”.
Pada awal April, Serikat Pekerja Penambang dan Energi (SBIPE) meluncurkan kampanye solidaritas untuk mengumpulkan dana bagi Larry dan para penyintas kebakaran IMIP.
Presiden SBIPE Henry Roods Jebbs mengatakan kepada BBC News Indonesia: “Salah satu tantangan yang dihadapi orang tua Larry adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tidak adanya penghasilan tetap, yang sebelumnya mereka andalkan sepenuhnya untuk putra Larry. Lakukan pekerjaan mereka.”
Sejauh ini, SBIPE telah menyelamatkan 10 orang yang selamat dari ledakan tersebut. Menurut serikat keluarga, sebagian besar korban tidak memiliki penghasilan tetap, sehingga para penyintas harus menghidupi keluarga mereka.
Penanganan penyintas IMIP menjadi salah satu isu yang diangkat SBIPE dalam rangka Hari Buruh Internasional, Rabu 1 Mei 2024. Persatuan tersebut lahir pada 8 Mei 2024, kurang dari sebulan setelah kejadian.
Ketuanya, Henry Roods Jebbs, berharap organisasi ini dapat menjadi wahana peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kerja para pekerja di IMIP Industrial Park di masa depan.
“Untuk itu lahirlah semangat SBIPE untuk belajar bersama, berjuang bersama atau tumbuh bersama, mempersatukan masyarakat terbelakang,” ujarnya.
Kecelakaan industri di kawasan IMIP beberapa bulan lalu hanyalah salah satu dari sekian banyak kejadian.
Trend Asia melaporkan bahwa 53 pandai besi nikel meninggal antara tahun 2015 dan 2022, termasuk 40 pekerja Indonesia dan 13 pekerja Tiongkok yang bekerja di beberapa kilang nikel di Indonesia, termasuk IMIP.
Antara Januari dan September 2023, badan tersebut juga melaporkan 19 kecelakaan di pabrik peleburan nikel yang menewaskan 16 orang dan melukai 37 orang.
Jumlah tersebut belum termasuk kejadian yang terjadi pada 24 Desember 2023 di kawasan IMIP.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan secara keseluruhan jumlah kecelakaan di sektor pertambangan tidak mengalami penurunan yang signifikan dalam lima tahun terakhir.
Tahun 2022 merupakan tahun tertinggi dari 378 kejadian yang mengakibatkan 62 kematian.
Di sisi lain, Kementerian ESDM juga melaporkan frekuensi kecelakaan kerja, termasuk tingkat keparahan cedera, mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir.
BBC News Indonesia baru-baru ini mendapat laporan adanya kecelakaan industri di kawasan IMIP pada akhir Maret lalu.
Hasil rontgen menunjukkan robekan yang besar dan dalam sehingga memerlukan delapan jahitan.
Selain itu, dalam laporan terbarunya, Walhi Sulawesi Tengah melaporkan adanya kecelakaan lalu lintas di kawasan IMIP pada 7 April yang menyebabkan 10 orang luka-luka. ‘Lelah sebelum bekerja’
Saat waktu mulai bekerja sekitar pukul 06.00 Wita, jalan Trans Sulawesi yang menjadi satu-satunya pintu masuk bagi ribuan pekerja di IMIP sempat macet hingga “macet total”.
Roesmanto, pengelola SBIPE yang bekerja di wilayah IMIP, mengatakan ini adalah “makanan sehari-hari” yang dihadapi para pekerja.
Namun Roemanto punya strategi agar tidak terlambat ke pabrik dengan menghangatkan mesin sepeda motornya sejak pagi untuk beribadah.
“Saya berangkat pukul 05.05 WITA setelah selesai sholat subuh. Jaraknya sekitar 12 kilometer, katanya kepada BBC News Indonesia.
Sesampainya di bengkel sepeda motor WITA sekitar pukul 05.25, ia berjalan kaki sekitar 10 menit menuju titik penjemputan pertama. Di sana ia harus mengantri bus bersama ratusan staf lainnya.
“Saat berangkat, kami selalu memperkirakan agar tidak perlu antri panjang sejak pagi hari. Namun biasanya antreannya masih panjang. “Ada perjalanan bus yang terkadang memakan waktu 15 hingga 10 menit.”
“Panjang itu panjang, cepat itu cepat,” kata Roemanto yang terus menaiki bus di halte kedua. Tidak harus seperti itu.”
Tiba di pabrik sekitar pukul 06.10 WITA. Selama 50 menit berikutnya atau sebelum pukul 07.00 WITA, ia sarapan, minum kopi, dan ngobrol dengan rekan-rekannya.
“Ada tempat untuk istirahat. Ada ruang pribadi untuk staf. “Saya senang bisa pergi ke perusahaan lebih cepat dan punya waktu untuk minum kopi.”
“Tapi tidak semua. Ada teman yang tidak sempat datang [saat jam kerja. Tapi tidak sempat sarapan,” tambah Roesmanto.
Berdasarkan pengalamannya terlambat, Roesmanto mengaku lebih memilih berjalan kaki dibandingkan mengantri bus.
“Saya sangat lelah sebelum berangkat kerja karena harus mengejarnya dan mengantri lama. “Kami tidak akan terlambat karena [kalau terlambat] kami akan kehilangan poin,” ujarnya.
Kelelahan sebelum bekerja juga menjadi perhatian SBIPE karena dapat membahayakan di tempat kerja.
Presiden SBIPE Henry Roods Jebbs yang masih bekerja sebagai pegawai di kawasan IMIP berkomentar: “Penyediaan infrastruktur berupa jalan tidak dipertimbangkan oleh IMIP sejak awal. Ini telah menjadi masalah bagi para pekerja.”
“Awalnya pekerja kelelahan karena kondisi jalan yang buruk serta kemacetan lalu lintas,” ujarnya. Kedua, masih adanya antrian panjang di halte yang ditawarkan di kawasan IMIP, kata Henry.
Dalam wawancara dengan BBC, Henry mengatakan, di Hari Buruh, selain dukungan yang harus diberikan kepada keluarga korban dan kelelahan pekerja, juga ada permasalahan upah yang rendah, ujarnya. “Dengan taraf hidup layak di Morowali.
Salah satu elemennya adalah subsidi perumahan, yang nilainya tidak lagi dapat diterima dengan harga saat ini.
“Misalnya di Morowali tidak ada akomodasi senilai Rp 600.000, sehingga harga hunian di Morowali sebesar Rp 600.000 yang ditetapkan IMIP adalah salah.”
Henry menjelaskan, “Nilai pasar sebuah penginapan adalah Rp 1,5 juta. Standarnya Rp 2-3 juta per bulan.
Selain itu, Henry juga merujuk pada temuan bahwa “hubungan kerja yang fleksibel tidak menjamin status pekerjaan karyawan.” Artinya, karyawan dapat dipindahkan secara sepihak ke perusahaan lain di wilayah IMIP.
Seperti yang anda ketahui, PT. IMIP bertanggung jawab mengelola Kawasan Industri Morowali yang mencakup sekitar 18 perusahaan.
Perusahaan memiliki tiga klaster pemurnian nikel yang masing-masing memproduksi komponen baja tahan karat, baja karbon, dan baterai kendaraan listrik.
Kasus perpindahan buruh dari satu pabrik ke pabrik lain diketahui SBIPE saat membantu dua karyawan yang dipecat.
“Karena badan hukumnya berbeda. IMIP bertanggung jawab untuk ini. “Jika terus berlanjut, kami yakin kami di SBIPE akan terus mempertanyakan hal tersebut,” kata Henry. Apa yang PT lakukan? IMIP?
Dalam keterangan tertulis yang dikirimkan kepada BBC News Indonesia, Head PT Media Communications. IMIP Dedy Kurniawan membantah penempatan pekerja hanya sepihak.
“Benarkah di dokumen ketenagakerjaan semua pegawai terkait menyetujui dan menandatanganinya juga? Lalu bagaimana hal itu bisa dikatakan sepihak?” kata DD.
Ia juga mengatakan, persoalan penataan ruang di luar kawasan IMIP merupakan kewenangan pemerintah. Hal ini berkaitan dengan kemacetan harian di kawasan IMIP.
“PT IMIP tidak mempunyai kewenangan atau wewenang untuk mengubah atau memperbaiki jalan tersebut,” tegas Dedy.
“Untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan memudahkan karyawan berangkat kerja di perusahaan,” ujarnya. “PT IMIP menyediakan tujuh pintu masuk ke jalur landai pegawai di desa-desa di Kecamatan Bahodopi.”
Ia mengatakan, saat ini terdapat sekitar 12 serikat pekerja di wilayah PT. IMIP SBIPE merupakan serikat pekerja terakhir yang didaftarkan pasca kebakaran PT. SAYA.
Persoalan subsidi perumahan dan transportasi ini merupakan bagian dari besaran struktur pengupahan (SSU) pengupahan yang disepakati dan ditandatangani serikat pekerja PT IMIP dan Dinas Tenaga Kerja Morowali, kata Dedy.
“Saat itu SBIPE belum hadir di Morowali sehingga tidak terlibat dalam penandatanganan perjanjian terkait SSU,” ujarnya.
Selain itu, Dedy mengatakan PT IMIP berkomitmen untuk terus merekrut karyawan korban ledakan pabrik PT. SAYA.
Bahkan bagi korban yang sudah meninggal, sudah ada kebijakan yang memperbolehkan anggota keluarganya bekerja di wilayah IMIP, tambah Dedy.
Diakuinya, sebagian besar keluarga penyintas adalah pengangguran. Dari para korban, hanya dua keluarga yang selamat dan bekerja. “Dan perusahaan akan membayarnya,” kata Dedy. Pasca erupsi PT. DIA
Ledakan tungku PT. ITSS di kawasan IMIP telah menarik perhatian masyarakat. Mengkaji dan memperbaiki persoalan K3 harus menjadi pekerjaan semua pihak.
Sejauh ini kasus PT. Tribunnews memberitakan, ITSS mungkin akan dibawa ke pengadilan.
Dua warga negara Tiongkok berinisial ZG (41) dan Z (35) ditetapkan sebagai tersangka setelah polisi menemukan unsur kelalaian dan pelanggaran keselamatan kerja (K3) di lokasi ledakan.
BBC News Indonesia telah meminta sejumlah pejabat Kementerian Sumber Daya untuk memberikan penjelasan terkait pemantauan dan pengawasan pasca ledakan dan keselamatan kerja berbasis (K3). Namun, kabar tersebut belum diumumkan.
Namun menurut laporan Badan Pelayanan Tenaga Kerja Pusat, Sulawesi memiliki kelalaian dalam ledakan PT. Alasan ITS tersebut antara lain karena petugas pasar masih wajib memperbaiki Tungku, meski tanpa konfirmasi.
Asosiasi Pengelola dan Migrasi Sulawesi Arnoldaus mengatakan, mulai bulan ini pihaknya akan melakukan pengawasan dan pengawasan ketat di kawasan industri nikel.
Tidak hanya IMP, juga akan melaksanakan fungsi monitoring di BTIIG (Baoshuo Taman Indexan Investment Group, PT. Gni (Gunbuster Nikel Industri dan PT. Val.
Arnold mengatakan, dalam pengawasannya, pihaknya meminta perusahaan di bidang pertambangan meningkatkan tingkat kepatuhan K3.
“Dia juga harus punya Smd3 (Manajemen Keselamatan Kerja)”
“Ini intensitasnya bulan depan, sektor saya bisa fokus pada pelatihan untuk meningkatkan manajemen K3 di sana, termasuk PTITS.” Itu juga menjadi prioritas kami.”
Kembali ke ruang perawatan Larry dimana Suharti sebagai seorang ibu menemani bayinya setiap detik hingga ia sembuh.
Sebagai orang tua penyintas insiden di tempat kerja, ia berpesan agar pada tanggal persalinan yang menimpa Larry tidak akan terulang lagi.
“Karena harapan orang tua bukan karena mengharapkan bayaran dari anaknya, bukan begitu. “Tetapi orang tua memikirkan masa depannya agar anak saya tidak berada dalam bahaya kedua,” kata Sri.
“Sejujurnya, jika dipikir-pikir, uang mungkin menjadi masalah sekunder dibandingkan dengan kehidupan anak-anak kita.”