Fakta Toren Lokasi Penemuan Jasad Ibu dan Anak, Dibuat di Bawah Tanah dengan Kedalaman 3 Meter

Tribunnews.com – Seorang ibu dan anak perempuan yang ditemukan tewas di dalam air yang mereka habiskan adalah korban pembunuhan.

Para korban awal tinggal di TSL (59) dan ES (35) di tiga Angke, Tamoras, Jakarta Barat.

Yang kedua dan tiga lantai dipekerjakan dan hidup oleh enam orang.

Kepala RT lokal Sripriyanty mengatakan mayat dua anak TSL yang disebut anak kedua Ronny pada hari Kamis (2012/3/3) di malam hari.

Ronny memiliki bau yang tidak enak dari air bawah tanah yang merupakan kedalaman tiga meter.

Toren tidak seperti Orange Toren secara umum.

Toren membuat ribuan liter air seperti kolam.

Menurutnya, banyak warga menggunakan wadah air di kolam.

“Di penyimpanan air yang lebih rendah. Seperti kolam renang, dia memiliki kedalaman tiga kaki.”

“Jadi itu reservoir air keran, bukan tangki septik,” jelasnya.

Keadaan Toren tidak disimpan di rumah TSL, jadi airnya mendung.

Sryptriyanty menjelaskan bahwa mereka telah hilang dari TSL dan ES dari Sabtu malam (2012/3/3).

Banyak populasi sewaan menghubungi TSL pada hari Sabtu (3/3/3/2012) untuk bulan itu.

“Ketika itu terjadi pada Sabtu sore, saya kembali dari pekerjaan dari pekerjaan (mempekerjakan), saya meminta untuk memulai air, sendirian tidak dijawab. Kata yang mari seperti itu,” katanya.

Sryptriyanty, mengatakan suami TSL meninggal pada tahun 2024 sementara putra keduanya, Ronny tinggal sendirian di sekolah asrama.

“Sebelumnya, warga berbau. Dia pikir itu adalah bau bangkai yang umum, dan mengira itu pasti mayat,” 6/3/2012), yang disebutkan dalam tribunjakarto.com.

Dia menjelaskan pada hari Sabtu (3/02/2012) di pagi hari, TSL harus menyapa para tetangga di rumah.

“Pada awalnya saya cepat, ada pukul 10:00 jam 10:00. Menurut informasi, dia mengatakan ingin kembali ke Jawa,” katanya.

Namun, TSL Evening kembali ke rumah menggunakan taksi online.

TSL juga punya waktu untuk mengunjungi salah satu tetangga.

Di malam hari, mereka tidak dapat menghubungi dua korban dan tidak ditemukan di rumah.

Dia berbicara dengan RT pertamanya, di dekat rumahnya, dengan RT pertamanya.

“Aku sangat jauh. Dia bilang dia berkata jika ibunya tidak pulang, aku ingin melapor ke polisi.”

“Tapi RT pertama berkata,” jangan takut untuk pulang, “kata Sripiyanty yang meniru kata -kata Ronny.

Setelah menunggu tiga hari, Ronny melaporkan seseorang dalam fase pada hari Selasa (04/04/04/2012).

Rumah, Ronny berbau buruk dan pada hari Kamis (06/06/2005).

Ibu dan saudara perempuannya menemukan mayat itu, jadi Ronny menghubungi polisi. Hasil otopsi

Polisi mengkonfirmasi bahwa Jakarta Barat di Tambora ditemukan tewas pada suatu titik di dalam air.

Proses evakuasi berlangsung pada hari Jumat (30/07/2012) dan mayat dibawa ke Rumah Sakit Kramat.

Rumah Sakit Kepolisian Suci Kombes Hery, Kombes Hery Wijatmo, mengatakan hasil otopsi menunjukkan tanda kekerasan dari kedua mayat itu.

“Tim kami adalah otopsi, ada kekerasan di tubuh korban,” kata Minggu (30/02/2012), dinamai di tribunjakartaata.com.

Tidak dapat menentukan kekerasan korban karena benda -benda yang tidak jelas atau senjata yang tajam.

Dia menambahkan bahwa kedua korban terbunuh beberapa hari yang lalu.

Hasil otopsi diberikan kepada para peneliti untuk menemukan kasus pembunuhan.

“Beberapa hari telah berlalu (meninggal) sejak waktu belajar,” tambahnya.

Polisi Metro Barat Jakarta Research Crimerim Unit, AKBP Arfan Zulman mengatakan dibuat untuk mengumpulkan bukti tempat kejadian.

Banyak saksi juga telah dipelajari di antara polisi Metro Barat Jakarta dan polisi di Tambora.

“Hari ini, penelitian kriminal kriminal masih melakukan investigasi penjahat dan alasan acara,” katanya.

Beberapa artikel diambil di wartakoTalive.com Tamora West Jakarta dan gelar bayi menjadi korban

(Tribunnews.com/mohay) (tribunjakarta.com/gerald leonardo) (wartakoTalive.com/miftahul munir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *