Hanif Faisol Nurofiq, program Decarboniasi, mengatakan program Decarboniasi, yang bertarung dengan Black Champaign di Indonesian Palm Oil.
Hanif mengatakan, 18 juta penanaman kelapa sawit di Indonesia saat ini dapat memproduksi pabrik kelapa sawit (POME) sekitar 910 ribu ton atau setara dengan 36 juta emisi gas rumah kaca TCO2EQ.
Inilah yang ingin dibatasi oleh pemerintah. Selain mencegah dampak emisi gas rumah kaca, Hanif mengatakan, bahwa penurunan POM adalah bagian dari strategi pemerintah dalam perang melawan kampanye kelapa sawit hitam.
“Jika kita dapat menangkap 36 jatoco2eq, maka kita dapat memenuhi janji Indonesia ke dunia internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” katanya sambil membuat ulasan PTPN IV Power Plant IV (PLTBG) di Deli Serdang Regency, Jumat (29/29).
Dalam siaran persnya, Hanif sepenuhnya mendukung tahap konkret PTPN III (Persero), Pt Perkebunan Nusantara IV Palmco, untuk mendukung Program Diskriminasi Nasional.
Hanif memberikan apresiasi ini ketika ia mengunjungi Biogas Power Plant (PLTBG) Pagar Merbau Ptpn IV Regional II di Deli Serdang Regency, Jumat (21/11/2024).
Menurut Hanif, penggunaan teknologi terbarukan seperti Merbau Pagar Pltbg adalah semacam komitmen.
“Kami berterima kasih atas PTPN IV yang membuat penemuan dan inovasi, antara PLTBG, Cofiring, SAF dan lainnya. Inilah yang kami perkuat sebagai pemerintah untuk belajar lebih serius,” katanya.
Sementara Presiden PTPN IV Palmco Jatmiko K. Santosa mengatakan bahwa PLTBG memberikan listrik kepada publik dari tahun 2020 hingga 2024 melalui PLN 16,8 MWh.
Jumlah ini setara dengan tambahan RP17,6 miliar pendapatan dan pengurangan emisi gas rumah kaca di 54.000 TCO2EQ.
“PTPN IV Palmco akan terus berkomitmen untuk menjadi perusahaan perintis dalam keberlanjutan di sektor penanaman.
Sebagai semacam komitmen dari perusahaan untuk mendukung upaya dekarbonat nasional, kata Jatmiko, PTPN IV Palmco telah mengembangkan sejumlah inisiatif untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Antara lain mereka mengambil langkah strategis untuk mengelola emisi gas rumah kaca, terutama metana.
Seperti diketahui, metana adalah gas yang diproduksi dalam proses menghilangkan limbah organik, dan satu dari limbah limbah cair.
“Di PTPN IV Palmco, kami menemukan bahwa pengelolaan limbah adalah satu kewajiban.
Saat ini, kata Jatmiko, Pagar Merbau Pltbg adalah salah satu dari sejumlah proyek PTPN IV Palmco untuk mendukung upaya dekarbonasi. Dalam prosesnya, pagar Merbau PLTBG menggunakan biogas yang berasal dari Pome untuk menghasilkan energi listrik terbarukan.
Melalui fasilitas ini, perusahaan emisi yang disesatkan karena atmosfer tidak hanya dapat berkurang. Tetapi juga menghasilkan energi yang bermanfaat bagi komunitas di sekitarnya.
Dengan teknologi penangkapan metana, gas metana terperangkap dan diproses oleh PLTBG Merbau Pagar dari pelepasan minyak sawit cair sebelumnya.
Gas metana yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik kemudian didistribusikan pada jaringan listrik. “Alhamdlillah, kami berhasil menempatkan potensi ancaman lingkungan ke dalam sumber yang bersih dan ramah lingkungan,” katanya.
Selain Merbau Pltbg PAGA, ada juga 12 fasilitas penangkapan metana lainnya di PTPN IV Palmco. Namely PLTBG KWALA SAWIT, PLTBG Pasir Mandoge, Hapesong PLTBG, PLTBG Sei Mangkei, PLTBG plant, Tandun PLTBG, SAF factory, CBG Tinjowan, Biogas Cofiring Cofiring Dallam, Biogas Cofiring Cofiring Tapung, Cofiring Lubuk, Lubuk Lubuk, Cofiring Cofiring Sei Tapung, Lubuning Lubuning Cofiring, Taping Sei pelumas, pltbg, rekaman biogas cofiring sei pagar. Dengan berbagai fasilitas ini, potensi pada emisi PTPN IV Palmco berkurang 208.000 TCO2EQ.
Tanpa berhenti di sana, PTPN IV Palmco berencana untuk mengembangkan fasilitas penangkapan metana hingga 30 unit pada tahun 2030. Oleh karena itu, potensi oleh 628.000 perusahaan emisi TCO2EQ.
Jatmiko berkata, bukan hanya upaya dekarbonat sebuah perusahaan. Tetapi pekerjaan kolektif antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Oleh karena itu, Jatmiko mengatakan, PTPN IV Palmco sangat mendukung inisiatif pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Medium Nasional (RPJMN). Artinya pengurangan emisi karbon dan pencapaian emisi nol bersih di masa depan. Melalui pendekatan holistik dan kolaboratif, Jatmiko terus menerus, Indonesia dapat mencapai tujuan yang luar biasa ini.
“Sebagai bagian dari kelompok PTPN, kami berkomitmen untuk mendukung inisiatif ini dengan melanjutkan inovasi dalam pengelolaan limbah dan energi dalam hal terbarukan dan dengan memperkuat program keberlanjutan yang berfokus tidak hanya pada aspek lingkungan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi,” kata Jatmiko