Laporan Injiler TribunNews.com, Rina Ayu
Tribunnews.com, Jakarta – Penyakit Tembakau Kontrol Kepala, Direktorat P2PTM untuk Kementerian Kesehatan Indonesia Pangethaly, kata Me.pid, dapat diandalkan dengan standarisasi standarisasi kebijakan bodoh rokok ilegal.
Ini mewakili keadaan negara yang telah menerapkan pedoman yang sama.
“Jika standarisasi paket -paket ini akan disebarkan oleh rokok ilegal.
Dia menjelaskan bahwa Australia tidak tahu standar paket dari 2012.
Negara bagian Kanguru menggunakan kemasan reguler dengan peringatan kesehatan 75 persen di rumah dan 90 persen gambar peringatan di belakang.
“Pemerintah menetapkan standar, tetapi bukan kekuatan biasa yang dapat menghapus merek. Ada tanda rokok. Lihat kesan yang keren dan menarik anak -anak untuk mencoba merokok,” jelas menjelaskan.
Standardisasi Tujuan pengepakan untuk mengurangi daya tarik rokok, menambahkan efektivitas peringatan merokok untuk mengurangi efek ekonomi yang disebabkan oleh penyakit jantung dan kanker.
Dan membantu mengurangi jumlah asap berat.
“Menjadi ketakutan, oh berbahaya untuk terus merokok. Demikian juga pembantaian, karena faktor disebabkan oleh penyakit yang terinfeksi seperti jantung dan kanker,” kata.
Pusat Pengendalian Tembakau Pengendalian Kepala untuk Stres Kesehatan Sosial Indonesia (TCSBATI ARJOSO Bahwa biaya keluarga untuk konsumsi rokok adalah 3 sungai lebih tinggi dari biaya protein.
“Berbelanja untuk rokok terbesar kedua dalam keluarga adalah 3 kali lebih tinggi dari telur berdasarkan data dari BPS 2021,” katanya.
Dikenal, Indonesia adalah pasar rokok terbesar ketiga di seluruh dunia, setelah Cina dan India.
Dari data Gats pada tahun 2021, sekitar 70,2 juta (34,5 persen) orang dewasa di Indonesia menggunakan produk rokok saat ini.
Dan penggunaan rokok listrik yang meningkat 10 kali 0,3 persen (2011) menjadi 3 persen (2021).